Perangkat Pembelajaran Bahasa Jawa Smp Malang Jatim

CAPAIAN Pendedahan Beban LOKAL BAHASA JAWA

PADA KURIKULUM MERDEKA

Kehadiran bahasa wilayah merupakan keseleo satu kebanggaan Bangsa Indonesia nan menunjukkan keanekaragaman budayanya. Bahasa Jawa yaitu keseleo suatu mulai sejak sekian banyak bahasa kawasan di Indonesia yang keberadaannya masuk mengecat keberbagaian budaya nasion Indonesia. Penggunaan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan sesama pengguna Bahasa Jawa adalah salah satu cara bikin melestarikan bahasa Jawa. Sebagai upaya taktis dalam proteksi bahasa Jawa, pemerintah provinsi Jawa Perdua melalui Perda Nomor 4/2012 akan halnya Pendidikan dan Perda Nomor 9/2012 tentang Bahasa, Sastra dan Abjad Jawa menjadikan pembelajaran Bahasa Jawa menjadi alat penglihatan kursus tanggung domestik teradat di sekolah pada semua pangkat.

Mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa memiliki peran strategis privat lembaga membuat watak dan karakter pesuluh didik di sekolah. Menerobos pembelajaran unggah-ungguh basa, tata krama, memaklumi dan mengenal kekayaan seni dan budaya leluri, menjadikan peserta didik semakin bangga terhadap bahasa distrik dan kekayaan warisan leluhur yang dimilikinya. Seiring dengan jalan dan kebutuhan jaman, keberadaan pembelajaran bahasa Jawa lagi diharuskan ki berjebah mengajuk sebelah dan garis haluan pemerintah baik rahasia dan daerah. Melalui Keputusan Menteri Pendidikan, Peradaban, Eksplorasi dan dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Penelaahan, Pemerintah terus berupaya melakukan inovasi dan peluasan terhadap kualitas pendidikan.

Dengan adanya program Sekolah Penggerak dan program SMK Anak kunci Keunggulan, beberapa hal teknis yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah ikut pula mengalami perubahan dan pengembangan, mulai dari struktur, kerangka dan materi pada kurikulum di sekolah yang diajarkan yang lebih jauh dokumennya disebut dengan istilah Kurikulum Operasional Runcitruncit Pendidikan. Termasuk puas bagasi lokal Bahasa Jawa pun harus menyesuaikan dengan perkembangan yang riuk satunya adalah peluasan kurikulum pada Kurikulum Merdeka.

Bahasa Jawa pada Kurikulum Merdeka berfungsi bagi memperkenalkan pesuluh mengenal dirinya dan budaya daerahnya serta membantu kompetensi nan sedang dipelajari di sekolah. Hal ini dikarenakan bahwa n domestik kurikulum pembelajaran bahasa, materi dikembangkan dengan maksud bakal mempersiapkan pelajar didik bikin menguasai kompetensi nan menjadikan mereka mampu merefleksikan pengalamannya sendiri dan camar duka makhluk lain, kuak gagasan dan pikiran, dan memahami berbagai macam nuansa makna dalam bahasa yang diajarkan untuk diterapkan intern hidup sehari-hari berdasarkan dialek area masing- masing dan mendukung dengan tuntutan di marcapada kerja.

Pembinaan dan ekspansi kemampuan berpendidikan Jawa pada penerimaan paradigma hijau akan takhlik pribadi Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berpikir kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global atau yang lebih dikenal dengan sebutan Profil Siswa Pancasila. Makanya karena itu, Kurikulum Barang bawaan Lokal Bahasa Jawa dikembangan dengan mempertimbangkan tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal tersapu dengan tuntutan pendidikan yang mengacu pada 8 (delapan) Tolok Nasional Pendidikan yang meliputi standar kompetensi mantan, tolok isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan infrastruktur, standar tata, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan eksternal terkait dengan persebaran kesejagatan dan berbagai ragam isu yang terkait dengan kemajuan teknologi, informasi urut-urutan pendidikan di tingkat nasional dan dunia semesta. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup dan budaya umum Jawa.

Kurikulum muatan lokal Bahasa Jawa pada Kurikulum Merdeka dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir, baik secara makro (jagad gedhe) dan secara mikro (jagad cilik). Penyempurnaan transendental pikir secara makro mengacu pada perubahan acuan pikir yang mengarah pada kejadian-situasi berikut: (1) penerimaan berpusat pada peserta didik; (2) pembelajaran interaktif; (3) pola pembelajaran jejaring; (4) pola pembelajaran aktif dengan pendekatan sains; (5) pola belajar berbasis skuat; (6) pola pembelajaran gawai tersendiri menjadi pembelajaran berbasis perkakas multimedia; (7) lengkap pengajian pengkajian berbasis kebutuhan peserta jaga; (8) pola pembelajaran ilmu keterangan resmi (multidisciplines); dan (9) lengkap pembelajaran pasif menjadi penataran kritis.

Pola pemikiran secara mikro (jagad cilik) mengacu pada (1) cermin pendedahan bahasa Jawa mengarah pada pelaksana kepribadian dan penguat bersih diri publik Jawa yang tercermin pada pocapan, patrap, dan polatan; (2) penataran bahasa Jawa misal upaya pengolahan kearifan budaya tempatan buat didayagunakan dalam pembangunan budaya nasional, watak, dan khuluk nasion; (3) pembelajaran bahasa Jawa andai penjaga dan pemelihara kelestarian bahasa, sastra, dan abc Jawa; (4) pembelajaran bahasa Jawa sebagai upaya penyelarasan pengusahaan bahasa, sastra, dan aksara Jawa agar sejalan dengan perkembangan bahasa Jawa (nut ing jaman kalakone); (5) penerimaan bahasa Jawa laksana proses adaptasi pemanfaatan bahasa Jawa yang laras dan leres kerumahtanggaan berkomunikasi dan berinteraksi sehari-masa di privat keluarga dan umum sesuai dengan kaidah, etika, dan norma yang berlaku; (6) pembelajaran bahasa Jawa memiliki ciri sebagai pembawa dan pengembang budaya Jawa.

Pengukuhan materi muatan lokal Bahasa Jawa sreg Kurikulum Merdeka dilakukan dengan mencela; (1) pendayagunaan bahasa Jawa ragam ngoko dan krama dengan merefleksikan keberadaan dialek negeri masing-masing. Melalui pengajian pengkajian Bahasa yang memperhatikan undha usuk basa diharapkan mampu membiasakan peserta didik buat menerapkan prinsip unggah ungguh basa misal tindakan yang merupakan manifestasi kesantunan berbahasa kerumahtanggaan penggunaan bahasa sehari-hari yang diajarkan melalui keteladanan dan adaptasi puas setiap kesempatan baik itu dalam proses pembelajaran di n domestik kelas, maupun di luar kelas bawah, (2) eksploitasi sastra Jawa modern umpama hasil karya sastra Jawa baik yang kasatmata sastra tulis maupun sastra lisan (geguritan, crita cekak, crita sambung, teks ketoprak, novel, drama, film dan sebagainya) yang berkembang untuk pembentukan karakter nan njawani, (3) eksploitasi sastra klasik baik verbal ataupun catat (sastra piwulang, babad, saga, sajak, nyanyian rakyat, tembang dolanan, cerita, saga, dongeng, sastra wayang dan sebagainya) untuk pengukuhan murni diri, (4) pemanfaatan teks nonsastra andai sarana eskalasi deklarasi dan keterampilan yang mendukung pada aplikasi dan kebutuhan (beragam diversifikasi teks, pawarta, pariwara, sesorah, artikel dan sebagainya) dan (5) aksara Jawa bak pemertahanan ikhlas diri (nglegena-pasangan, sandhangan, skor, swara, murda, rekan dan lainnya).

Pamrih Mata Latihan Muatan Tempatan Bahasa Jawa

Pengimplementasian mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa pada Kurikulum Merdeka bertujuan untuk:

1. pendayagunaan bahasa, sastra, dan aksara Jawa andai ki alat bikin pembangunan karakter dan kesopansantunan;

2. menjaga dan memiara kelestarian bahasa (termasuk dialek), sastra, dan aksara Jawa sehingga menjadi faktor berfaedah cak bagi peneguhan jati diri daerah;

3. menyelaraskan fungsi bahasa, sastra, dan leter Jawa privat kehidupan mahajana sejalan dengan arah pembinaan bahasa Jawa;

4. mengenalkan nilai-nilai estetika, etika, kesusilaan dan spiritual yang terkandung privat budaya Jawa kerjakan didayagunakan sebagai upaya pembinaan dan ekspansi kultur kebangsaan; dan

5. mengimplementasikan penerapan mandu kesantunan untuk menetapi kebutuhan spirit sehari-hari dan petisi para alumnus di dunia kerja maupun yang melanjutkan ke Perguruan Panjang.

Karakteristik Mata Pelajaran Tanggung Tempatan Bahasa Jawa

Arah pembelajaran bahasa Jawa ialah cak bagi melaraskan kesanggupan bahasa, sastra, dan aksara Jawa bagaikan anasir kebudayaan Jawa untuk takhlik kejadian masyarakat yang lebih berbudaya dan mengebor nilai-biji yang terkandung kerumahtanggaan bahasa, sastra, dan aksara Jawa, misal sasaran masukan untuk pengembangan budi Pancasila. Adapun secara spesifik karakteristik alat penglihatan tuntunan muatan lokal Bahasa Jawa adalah sebagai berikut :

1. Indra penglihatan les Bahasa Jawa mencangam kemampuan reseptif (menyimak, membaca dan memirsa) dan kemampuan produktif (mengomong dan mempresentasikan, menulis).

2. Alat penglihatan kursus Bahasa Jawa menggunakan pendekatan dengan metode utama berbasis genre melalui pemanfaatan beragam tipe teks dan teks multimodal (lisan, tulis, optis, audio, audiovisual). Konseptual pembelajaran menunggangi didaktik genre, yaitu: penjelasan (explaining, building the context), pemodelan (modelling), pembimbingan (joint construction), dan pemandirian (independent construction); serta kegiatan nan memurukkan pelajar bagi berpikir kritis, kreatif, dan imajinatif dalam proses pembelajaran.

3. Indra penglihatan pelajaran Bahasa Jawa dibelajarkan untuk meningkatkan pendayagunaan bahasa, sastra, dan aksara Jawa sebagai ki alat untuk pembangunan kepribadian dan khuluk pekerti.

Pengertian kemampuan beradat diuraikan sebagai berikut:

Menyimak

Kemampuan peserta pelihara menyepakati, memahami informasi yang didengar, dan menyiapkan tanggapan secara relevan lakukan memberikan apresiasi kepada mitra tutur. Proses yang terjadi privat menyimak mencakup kegiatan seperti mendengarkan, mengenali, mencerna, menginterpretasi tuturan bahasa, memaknainya, dan/atau menyiagakan tanggapan terhadap mitra sebut. Menyimak merupakan kemampuan komunikasi yang utama sebab kemampuan menyimak menentukan tingkat kemampuan pesuluh asuh memahami makna (tersurat dan tersirat) paparan lisan, memafhumi ide kunci dan pendukung plong konten informasi ataupun konteks yang melatari cerminan tersebut. Komponen-komponen nan dapat dikembangkan privat menyimak di antaranya kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem tanda-tanda, kosakata, struktur bahasa (penyelenggaraan bahasa), makna, dan metakognisi.

Mendaras

Membaca adalah kemampuan siswa tuntun cak bagi memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi teks sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan permakluman, keterampilan, dan potensinya. Memirsa yaitu kemampuan peserta didik untuk memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi sajian okuler dan/atau pandang dengar sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan maklumat, kegesitan, dan potensinya. Onderdil-suku cadang yang bisa dikembangkan kerumahtanggaan mendaras dan memirsa di antaranya sensitivitas terhadap fonem, huruf, sistem isyarat, khazanah kata, struktur bahasa (paramasastra), makna, dan metakognisi.

Mengomong

Berbicara adalah kemampuan peserta didik menyampaikan gagasan, tanggapan, dan perasaan dalam bentuk lisan. Mempresentasikan adalah kemampuan pesuluh didik memaparkan gagasan maupun tanggapan secara fasih, akurat, bertanggung jawab, dan/atau menyampaikan perasaan sesuai konteks dengan cara yang komunikatif melalui beragam media (visual, digital, audio, dan audiovisual). Suku cadang-komponen nan dapat dikembangkan internal berbicara dan mempresentasikan di antaranya sensibilitas terhadap bunyi bahasa, sistem pertanda, daftar kata, struktur bahasa (pengelolaan bahasa), makna, dan metakognisi.

Menulis

Kemampuan pesuluh didik menyampaikan gagasan, tanggapan, dan perasaan privat bentuk tulis secara fasih, akurat, berkewajiban, dan/atau menyorongkan perasaan sesuai konteks. Komponen-komponen nan dapat dikembangkan n domestik menulis di antaranya menerapkan penggunaan ejaan, kata, kalimat, dan gugus kalimat, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi dalam beragam tipe bacaan (deskripsi, kabar, rekon, eksplanasi, eksposisi, instruksi/prosedur, serta narasi).

Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Muatan Tempatan Bahasa Jawa pada Kurikulum Merdeka

1. Fase A (Kelas 1-2 SD/MI/SDLB)

Pada akhir Fase A, peserta bimbing punya kemampuan berbahasa Jawa kerumahtanggaan mengeja huruf, suku kata dan pembukaan mengenai logo-merek benda. Siswa didik memiliki kemampuan berbahasa Jawa sesuai kaidah Unggah ungguh basa (bahasa jawa) bikin berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan kepada pasangan sebaya dan khalayak dewasa tentang diri dan lingkungan sekitarnya. Pelajar didik berada mencerna dan mengemukakan pesan, memformulasikan perasaan dan gagasan, berpartisipasi kerumahtanggaan percakapan berbahasa Jawa dan urun pendapat secara santun. Peserta didik fertil meningkatkan pendudukan kosa kata baru bahasa Jawa melalui berbagai kegiatan berbahasa nonsastra dengan topik nama-merek benda, nama-cap anggota tubuh n domestik perbuatan ngoko dan krama, dan bersastra tembang dolanan, dan khayalan (fabel).

Fase A Berlandaskan Anasir

Menyimak

Peserta didik mampu beraksi menjadi penyimak bunyi lambang bunyi, suku introduksi dan pengenalan tentang nama-nama benda dan jenama-jenama anggota badan dan kata kerja dalam perbuatan ngoko dan krama dengan baik. Peserta didik congah mengarifi pesan oral dan pengumuman dari media audio, teks aural berupa tembang dolanan dan lelagon, khayalan (fabel) dan instruksi oral bertata cara Jawa nan berkaitan dengan maksud berkomunikasi.

Membaca

Petatar jaga kreatif mengeja lambang bunyi, suku kata dan kata adapun nama-logo benda, stempel-nama anggota tubuh dan alas kata kerja kerumahtanggaan intern perbuatan ngoko dan krama. Peserta didik congah bersikap menjadi pembaca dan penonton nan baik. Siswa didik mampu memahami informasi mulai sejak bacaan dan tayangan yang dipirsa tentang diri dan lingkungan, narasi imajinatif berwujud khayalan (fabel) dan tembang dolanan alias lelagon. Peserta didik produktif menaik kosakata baru tentang nama-nama benda, tanda-nama anggota jasad, alas kata kerja dalam ragam ngoko dan krama pecah teks yang dibaca atau tayangan yang dipirsa dengan pertolongan ilustrasi.

Bersuara

Siswa didik berlimpah melafalkan huruf, suku perkenalan awal, prolog tentang nama-nama benda, merek-tanda anggota tubuh, kata kerja dalam ulah ngoko dan krama dengan tepat,  berbicara dengan santun, memperalat volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks. Peserta bimbing bernas menyoal akan halnya sesuatu, menjawab, dan menanggapi komentar individu lain (tandingan, guru, dan manusia dewasa) dengan baik dan santun dalam satu konversasi. Peserta didik mampu menyingkapkan gagasan secara oral dengan uluran tangan gambar dan/atau ilustrasi. Peserta didik mampu menceritakan pun satu pengetahuan yang dibaca alias didengar; dan menceritakan kembali teks kisahan (sastra dan nonsastra) yang dibacakan maupun dibaca dengan topik diri dan lingkungan.

Menulis Belum menjadi fokus pembelajaran pada fase ini.

2. Fase B (Papan bawah 3-4 SD/Bihun/SDLB)

Pada penghabisan Fase B, peserta pelihara memiliki kemampuan berbahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh basa untuk berkomunikasi dan berlogika sesuai dengan tujuan kepada antagonis sebaya dan anak adam dewasa tentang hal-hal menyedot di mileu sekitarnya. Siswa didik berada memahami dan membentangkan gagasan dari pustaka informasional, mengarifi penokohan dan wanti-wanti mulai sejak teks cerita sastra cerita rakyat, geguritan, tembang macapat Pocung dan Gambuh dan nonsastra tentang tali peranti/budaya. Pesuluh bimbing berharta menelanjangi gagasan dengan bahasa Jawa dalam kerja kelompok dan diskusi. Siswa didik bakir membaca dan menulis 20 huruf Jawa legena, padanan, sandhangan swara, sandhangan panyigeg wanda. Peserta tuntun berpunya meningkatkan pendudukan kosakata mentah melalui berbagai kegiatan berbahasa dengan topik tradisi, ungkapan Jawa dan bersastra geguritan, kisah rakyat, dan tembang Pocung, Gambuh. Murid tuntun ki berjebah membaca teks bahasa Jawa dengan fasih.

Fase B Berdasarkan Elemen

Menyimak

Peserta ajar mampu memafhumi ide muslihat (gagasan) suatu pesan lisan, informasi berbahasa Jawa dalam polah ngoko dan krama berusul kendaraan audio, teks aural (referensi yang dibacakan dan/maupun didengar), dan instruksi oral yang berkaitan dengan tujuan berkomunikasi. Peserta didik gemuk memahami dan memaknai teks narasi nan dibacakan atau dari alat angkut audio.

Mendaras

Peserta tuntun kaya mengarifi wanti-wanti dan siaran berbahasa Jawa dalam ragam ngoko dan krama akan halnya nyawa sehari-hari, teks kisah kisahan rakyat, geguritan, dan syair Macapat Pocung dan Gambuh dalam lembaga cetak maupun elektronik. Peserta didik mampu memahami ide muslihat dan ide pendukung puas teks informasional dan mampu menjelaskan permasalahan yang dihadapi oleh pengambil inisiatif cerita lega referensi narasi. Peserta didik mampu menambah kosakata bau kencur dari teks nan dibaca atau tayangan yang dipirsa sesuai dengan topik.

Berbicara

Peserta jaga berlambak berujar dengan sortiran kata (ngoko/krama) sesuai kaidah unggah-ungguh basa dalam berbagai ragam kegiatan sehari-masa (sapa aruh dan bertamu). Siswa didik mampu berbicara menggunakan volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks. Peserta didik mampu memunculkan informasi intern bagan dialog sesama inversi serta turunan yang lebih gaek dengan sikap tubuh/gestur nan santun.

Menulis

Murid didik berlimpah menggambar teks narasi dan deskripsi berbahasa Jawa sesuai mandu unggah-ungguh basa dengan wasilah kalimat yang beragam, takrif nan lebih rinci dan akurat dengan topik yang majemuk. Siswa didik mewah menulis 20 abjad Jawa (legena), bandingan, sandhangan swara, sandhangan panyigeg wanda. Siswa didik semakin terampil menulis mengirik bersambung.

3. Fase C (Papan bawah 5-6 SD/MI/SDLB)

Puas intiha fase C, peserta didik n kepunyaan kemampuan berbudi Jawa sesuai unggah-ungguh basa bikin berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan dan konteks sosial kepada padanan sebaya dan ayah bunda. Pesuluh tuntun berada mengetahui, ki melatih, dan menginterpretasi informasi dan wanti-wanti berpendidikan Jawa ngoko dan krama berasal bayangan oral dan tulis mengenai teks informasional dan bacaan sastra geguritan, narasi legenda, kisahan wayang Pandawa dan Punakawan dan tembang Maskumambang dan Mijil. Peserta bimbing mampu menanggapi dan mempresentasikan mualamat yang dipaparkan; berpartisipasi aktif dalam diskusi; menuliskan tanggapannya terhadap referensi menggunakan pengalaman dan pengetahuannya. Murid didik mampu batik kalimat sederhana (tunggal) berhuruf Jawa sesuai kaidah. Pesuluh didik mampu meningkatkan penaklukan leksikon baru melalui berbagai kegiatan berbahasa nonsastra dengan topik tradisi/budaya, kata majemuk Jawa. Peserta didik memiliki adat mengaji bakal hiburan membukit amanat dan keterampilan.

Fase C Berdasarkan Elemen

Menyimak

Peserta didik mampu menganalisis takrif berbahasa Jawa ngoko dan krama konkret fakta, prosedur dengan mengidentifikasikan ciri objek dan urutan proses kejadian dan angka-skor bermula berbagai jenis teks

informasional dan sastra tembang Macapat Maskumambang dan Mijil, geguritan, kisahan mitos dan kisahan wayang Pandawa dan Biduanda nan disajikan n domestik bentuk oral, referensi aural (teks yang dibacakan dan/atau didengar) dan audio.

Membaca

Pesuluh didik mampu membaca dengan laju dan indah serta mengarifi informasi dan perbendaharaan kata baru yang memiliki makna denotatif, literal, konotatif, dan kiasan untuk mengidentifikasi bahan, fenomena, dan kepribadian. Peserta didik bernas mengenali ide pokok terbit teks deskripsi dan kisahan serta nilai-biji yang terkandung dalam referensi sastra tembang Macapat Maskumambang, Mijil, geguritan, cerita legenda dan kisah wayang kelitik Pandawa dan Punakawan dari teks dan/atau audiovisual.

Bersabda

Peserta didik mampu berbicara dengan sortiran kata (ngoko/krama) sesuai prinsip unggah-ungguh basa dengan sikap tubuh/gestur yang santun. Peserta asuh subur berbicara menunggangi debit dan intonasi yang tepat sesuai konteks. Peserta didik mampu mengajukan dan menanggapi pertanyaan dalam suatu konversasi dan diskusi dengan lebih aktif. Pelajar tuntun mampu mengungkapkan gagasan kerumahtanggaan satu interlokusi dan diskusi dengan menerapkan penyelenggaraan caranya. Pesuluh pelihara berkecukupan mengobrolkan pun suatu informasi yang dibaca atau didengar dari teks narasi dengan topik yang beragam.

Menulis

Peserta didik subur batik teks berbahasa Jawa ngoko dan krama narasi dan deskripsi terbit gagasan, hasil pengamatan, camar duka, dan imajinasi. Petatar didik berbenda menggunakan kaidah kebahasaan dan kesastraan cak bagi menulis pustaka sesuai dengan konteks dan norma budaya serta menggunakan kosakata baru nan dimilikinya. Peserta jaga berlambak menyampaikan mperasaan beralaskan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan insan bukan) secara indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi jawa (geguritan) dengan pemakaian khazanah kata secara kreatif. Peserta pelihara kreatif menulis kalimat terbelakang menunggangi lambang bunyi Jawa sesuai dengan kaidah.

4. Fase D (Kelas bawah VII, VIII, IX SMP/MTs)

Plong akhir fase D, peserta pelihara memiliki kemampuan berajar Jawa dengan santun sesuai dengan prinsip unggah-ungguh basa dan nahu (paramasastra dan kagunan basa) untuk berkomunikasi dan berotak sesuai dengan pamrih kerumahtanggaan konteks sosial dan budaya. Peserta didik mampu memahami, menggembleng, dan menginterpretasi informasi paparan mengenai topik sosial budaya dan karya sastra (misalnya; tembang Macapat/parikan/dongeng/geguritan/cerita pendek/narasi rakyat/narasi n komedi didong). Pelajar asuh mampu berpartisipasi aktif dalam urun pendapat, mempresentasikan, dan menanggapi laporan nonsastra (mengenai sosial budaya) dan sastra (misalnya; tembang Macapat/parikan/dongeng/ geguritan/narasi singkat/kisah rakyat/cerita n komedi didong) nan dipaparkan. Peserta bimbing mempunyai substansi kosa kata bahasa jawa tentang idiom-ungkapan Jawa. Peserta didik gemuk menggambar berbagai teks (nonsastra dan sastra) untuk memajukan hasil pengamatan dan pengalamannya dengan lebih terstruktur, dan menuliskan tanggapannya terhadap bayangan dan bacaan menggunakan asam garam dan pengetahuannya. Peserta bimbing mampu menulis teks gugus kalimat dengan fonem Jawa sesuai dengan cara penulisan huruf Jawa.

Fase D Beralaskan Elemen

Menyimak

Peserta didik mampu menganalisis dan mengevaluasi amanat berupa gagasan, perhatian, perasaan, rukyah, didikan atau pesan yang akurat berpunca bermacam ragam spesies teks nonsastra (konteks sosial budaya). Siswa asuh rani menganalisis dan mengevaluasi informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, pimpinan atau pesan yang akurat dari referensi sastra (misalnya; tembang tembang cilik/parikan/wangsalan/cangkriman/takhayul/monolog/geguritan/kisah pendek/kisahan rakyat/kisahan wayang epos Ramayana atau lainnya) dalam bentuk audiovisual dan aural. Petatar pelihara mampu menganalisis dan mengevaluasi informasi substansial gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, didikan atau pesan yang akurat dari bacaan nonsastra (dialog/gelar wicara/lainnya). Peserta didik mampu mengeksplorasi dan mengevaluasi berbagai informasi dari topik aktual yang didengar.

Membaca

Siswa didik memahami informasi kasatmata gagasan, perhatian, rukyat, pimpinan maupun pesan dari berbagai macam teks (deskripsi/narasi/eksposisi/argumentasi/ lainnya) pada konteks sosial budaya. Peserta pelihara mampu membaca wacana sastra (sajak tembang cilik/parikan/ dongeng/geguritan/cerita ringkas/cerita rakyat/kisah wayang patung wiracerita Ramayana/lainnya) dari teks visual dan audio visual. Siswa didik congah membaca teks paragraf aksara Jawa untuk menemukan makna yang termaktub dan tersirat. Peserta asuh subur menginterpretasikan informasi untuk mengungkapkan tenggang rasa, kepedulian, empati maupun pendapat pro dan kontra semenjak wacana okuler dan audiovisual. Murid didik berharta mengeksplorasi dan mengevaluasi berbagai topik aktual mengenai sosial dan budaya yang dibaca dan dipirsa.

Berbicara

Peserta didik kaya menyampaikan gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau wanti-wanti dengan bahasa Jawa sesuai dengan kaidah unggah-ungguh basa dan tata bahasa kerjakan mengedepankan pendapat, penceraian masalah, dan hadiah solusi secara oral dalam bentuk monolog dan dialog logis, reseptif, dan berbenda. Siswa didik rani menunggangi dan mengembangkan mal kata cak bagi berbicara dan presentasi. Peserta didik mampu memperalat ungkapan-idiom jawa internal dialog sesuai dengan norma kesopanan dalam berkomunikasi. Peserta didik mampu berdiskusi secara aktif, membantu, efektif, dan santun. Peserta didik kaya menuturkan ungkapan tenggang rasa, empati, peduli dan pujian dalam bentuk dialog dan sastra melalui teks multimodal. Pelajar didik mampu menelanjangi dan mempresentasikan berbagai topik aktual tentang sosial budaya secara paham.

Menulis

Murid didik mampu menulis gagasan, pikiran, rukyat, arahan atau pesan tertulis tentang sosial budaya cak bagi berjenis-jenis tujuan secara masuk akal, tanggap, dan kreatif dengan memperalat bahasa Jawa sesuai pendirian unggah-ungguh basa dan tata bahasa. Murid bimbing mampu menulis teks paragraf aksara Jawa sesuai kaidah penulisan leter Jawa. Peserta didik mampu menyampaikan ungkapan rasa tenggang rasa, empati, peduli, dan pendapat cak membela/kontra secara etis dalam mengasihkan apresiasi secara termaktub dalam teks multimodal. Peserta ajar mampu menggunakan glosari baru yang dimiliki mengenai busananing basa dan idiom Jawa cak bagi menggambar bineka intensi. Pelajar didik mampu mengutarakan tulisan berdasarkan fakta, camar duka, dan imajinasi secara indah dan menjujut n domestik tulang beragangan gancaran (prosa) dan geguritan (puisi jawa) dengan penggunaan kosa kata secara kreatif.

5. Fase E (Inferior X)

Pada pengunci Fase E, peserta didik punya kemampuan berbahasa Jawa dengan santun serta memperhatikan kaidah bahasa jawa (nahu) alias unggah-ungguh basa untuk berkomunikasi sesuai dengan maksud. Peserta didik makmur memahami, mengolah, menginterpretasi, mengidentifikasi, menanggapi, mengevaluasi dan mempresentasikan isi teks pada kelakuan varietas pustaka, pawarta, geguritan, sastra pewayangan (epos Mahabharata) dan aksara jawa dalam tulangtulangan bacaan aural (teks yang dibacakan) wacana visual, dan atau teks audiovisual. Peserta didik mampu menuliskan gagasan dan pikiran dalam bentuk pustaka abjad jawa, teks nonsastra berbagai spesies teks, teks nonsastra kerumahtanggaan bentuk pawarta berlandaskan pengetahuan dan pengalamannya. Peserta didik subur memahami kaidah membaca wacana aksara jawa (misalnya: nglegena- jodoh/sandhangan/angka/swara/murda/rekan/lainnya). Peserta jaga mampu mengevaluasi keterangan berupa gagasan, manah, dan rukyah dari berbagai jenis teks nonsastra (misalnya: deskripsi/narasi/ eksposisi/argumentasi/lainnya). Murid didik mampu menulis berbagai teks lakukan menyampaikan pendapat dan mempresentasikan serta menanggapi informasi nonsastra dan sastra secara kritis dan etis.

Fase E Beralaskan Partikel

Menyimak

Pelajar didik berlimpah mengapresiasi dan mengarifi informasi aktual bimbingan atau pesan yang akurat dari menyimak teks sastra dalam bentuk cerita wayang (mahabharata).

Membaca

Peserta didik mampu memahami kaidah penulisan teks huruf jawa melangkaui kegiatan membaca teks huruf jawa (misalnya: nglegena-pasangan/sandhangan/poin/swara/ murda/rekan/lainnya). Murid didik bakir mengevaluasi manifesto maujud gagasan, manah, pandangan, didikan atau pesan berpunca berbagai ragam varietas teks nonsastra (misalnya: deskripsi/narasi/eksposisi/argumentasi atau lainnya) lakukan menemukan makna yang termasuk dan tersirat. Peserta asuh mampu memahami dan mengevaluasi wara-wara riil gagasan, perasaan, pandangan, arahan atau wanti-wanti dari pustaka sastra substansial geguritan untuk menemukan makna yang tersurat dan tersirat. Peserta didik kreatif mengenali pemanfaatan Bahasa Jawa sesuai dengan kaidah kebahasaan (gramatika) dan unggah-ungguh basa bakal berbagai rupa tujuan secara logis, kritis dan mampu.

Berbicara

Murid ajar mampu menggunakan Bahasa Jawa sesuai dengan kaidah kebahasaan (nahu) dan unggah- ungguh basa bagi menyampaikan informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, didikan atau pesan yang akurat berpunca teks nonsastra (misalnya: pawarta/ reportase/lainnya).

Menulis

Peserta didik mampu menulis gagasan dan pikiran internal tulangtulangan teks aksara jawa dengan mengkritik kaidah penulisan aksara Jawa. Petatar didik mampu menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan kerumahtanggaan lembaga pustaka sastra geguritan. Petatar bimbing mampu menggambar gagasan, perasaan, penglihatan, arahan n domestik berbagai jenis teks nonsastra (misalnya: deskripsi/narasi/eksposisi/ argumentasi/lainnya) bakal berbagai tujuan secara mantiki, kritis dan kreatif. Petatar didik mampu menempa dan menyajikan secara lisan berupa gagasan, pikiran, pikiran, pandangan, arahan maupun pesan yang akurat melangkahi teks non sastra dalam tulangtulangan pawarta.

6. Fase F (Kelas bawah XI dan XII)

Pada akhir Fase F, pesuluh didik memiliki kemampuan berbahasa Jawa dengan santun serta memperhatikan kaidah bahasa jawa (paramasastra) maupun unggah-ungguh basa bakal berkomunikasi sesuai dengan tujuan. Peserta jaga mampu mengetahui, mengolah, menginterpretasi, mengidentifikasi, menanggapi dan mempresentasikan isi pustaka sesorah, referensi panatacara, referensi sastra ketoprak dan bacaan abc Jawa kerumahtanggaan rangka teks aural, teks visual dan atau teks audiovisual. Peserta didik ki berjebah membaca lampias, mengetahui dan mengevaluasi informasi berupa gagasan, pikiran, pandangan, didikan atau wanti-wanti dan kabar nan terdapat dalam wacana aksara jawa (misalnya: nglegena-pasangan/sandhangan/biji/swara/ murda/rekan dan/alias lainnya), teks sastra berupa novel dan sastra piwulang (misalnya: wedhatama/wulangreh/wulang sunu/wulang dayang/ tripama dan/ataupun lainnya) kerjakan menemukan makna yang tersurat dan tersirat. Peserta jaga mampu menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan dalam bentuk teks nonsastra berupa teks artikel budaya Jawa, teks cerkak dan teks iklan/pariwara internal bentuk visual dan atau audio okuler buat berbagai maksud secara logis, peka dan kreatif. Peserta pelihara fertil menulis berjenis-jenis wacana bakal merefleksi dan mengaktualisasi diri untuk selalu berkarya dengan mengutamakan pendayagunaan bahasa Jawa di berbagai rupa media.

Fase F Berdasarkan Elemen

Menyimak

Siswa ajar mampu mengevaluasi, mengapresiasi dan mengkreasi informasi nyata gagasan, pikiran, perasaan, rukyah, arahan atau pesan yang akurat dari menyimak bineka macam referensi nonsastra dalam bentuk sesorah, lakukan menanggapi teks yang disimak. Petatar didik berbenda mengapresiasi, mengevaluasi, dan mengkreasi informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang akurat berpunca menyimak teks sastra internal rang sandiwara, cak bagi menanggapi teks yang disimak.

Membaca

Siswa bimbing mampu mendaras lampias dan memahami makrifat yang terdapat dalam pustaka aksara jawa (misalnya: nglegena-inversi/sandhangan/ponten/swara/murda/ rekan/lainnya). Peserta didik makmur memahami dan mengevaluasi informasi berupa gagasan, perasaan, pandangan, arahan alias wanti-wanti dari referensi sastra berupa sastra piwulang (misalnya: wedhatama/wulangreh/wulang sunu/wulang pemudi/tripama/lainnya) lakukan menemukan makna yang tertera dan tersirat. Peserta pelihara fertil mengaji untuk memahami dan mengevaluasi informasi dan pesan (tersirat/ termuat) dari pustaka sastra novel.

Berbicara

Petatar ajar mampu menggunakan Bahasa Jawa sesuai dengan kaidah kebahasaan (gramatika) dan undha-usuk basa kerjakan berkomunikasi dengan guru, teman seumur dan orang lain dalam berbagai macam hal dan tujuan. Peserta didik berkecukupan menggembleng dan meladeni secara lisan konkret gagasan, ingatan, perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang akurat melampaui pustaka nonsastra n domestik bentuk sesorah. Peserta jaga bernas menyajikan wacana nonsastra berupa iklan (pariwara, broadcast) dalam rang okuler dan atau audio visual untuk berbagai tujuan secara logis, kritis dan kreatif. Siswa didik fertil meladeni referensi sastra drama internal bentuk audio visual untuk berbagai maksud secara logis, kritis dan kreatif. Peserta jaga mampu ki melatih dan menghidangkan secara lisan riil gagasan, perhatian, ingatan, rukyah, arahan atau pesan yang akurat melalui teks nonsastra dalam bentuk panatacara.

Menulis

Peserta didik kaya menulis gagasan dan ingatan dalam tulangtulangan pustaka aksara jawa nan memuat (misalnya: nglegena- kebalikan/sandhangan/angka/swara/murda/reka/lainnya) untuk menyentuh pamrih nan berlainan-cedera secara logis, kritis dan kreatif. Peserta didik berharta menggambar gagasan, pikiran, penglihatan, arahan dalam lembaga teks nonsastra substansial teks artikel budaya Jawa (tangible maupun intangible) untuk berbagai tujuan secara makul, kritis dan kaya. Peserta didik berkecukupan menggambar bacaan sastra berupa cerkak lakukan bermacam rupa tujuan secara kritis dan congah. Peserta didik rani menulis teks nonsastra konkret iklan (pariwara, broadcast) kerjakan berbagai tujuan secara konsekuen, kritis dan kreatif. Peserta didik gemuk menulis gagasan dan pikiran dalam rajah teks sastra syair macapat. Peserta ajar berbenda batik gagasan dan pikiran dalam bentuk teks sastra cerkak bagi hingga ke tujuan yang berbeda-cedera.

Kapethik Saking:

Apendiks II

KEPUTUSAN KEPALA Jawatan PENDIDIKAN DAN

Tamadun Provinsi JAWA TENGAH

NOMOR : 423.5/04678

Adapun

PEDOMAN KURIKULUM Bagasi Tempatan BAHASA

JAWA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN

PENDIDIKAN MENENGAH

DI PROVINSI JAWA Paruh

Source: https://narahayu.blogspot.com/2022/06/capaian-pembelajaran-mulok-bahasa-jawa.html