Makalah Upaya Meningkatkan Pembelajaran Ipa Smp 2014
UPAYA MENINGKATKAN HASIL Belajar IPA MATERI FUNGSI Instrumen TUBUH Anak adam MELALUI
PUZZLES PICTURE
PENDAHULUAN
A.
Bidang Belakang Keburukan
Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia bukan perantaraan berhenti. Berbagai terobosan mentah terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara tak dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumur ki akal tenaga pendidikan, ekspansi/penulisan materi ajar, serta ekspansi paradigma baru dengan metodologi pengajaran
Suhu yaitu salah satu faktor yang cukup bepengaruh berbarengan intern peningkatan mutu tersebut. Guru merupakan jabatan yang dipilih beralaskan prinsip-kaidah vokasional, dalam hal aspek psikologis menjadi faktor untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik ( Oemar Hamalik, 2002
:24
)
. Peningkatan
mutu pendidikan dasar dan madya serta mutiara pelajaran IPA
di sekolah dasar perlu pertukaran konseptual fikir positif yang digunakan sebagai galengan pelaksanaan kurikulum.
Internal kegiatan pendedahan, guru mata pelajaran IPA menggunakan bermacam ragam strategi yang memaui keterlibatan dan peran aktif siswa dalam
melakukan pengamatan, meramal, menerapkan konsep dan
mengkomunikasikan
nya.
Aktivitas dan keterlibatan pelajar secara utuh sangat berfaedah agar kegiatan penelaahan mencapai tujuan. Adanya aktivitas belajar siswa secara optimal akan menentukan tingkat pemahaman dan hasil belajar siswa.
Pada masa lampau proses membiasakan mengajar untuk indra penglihatan pelajaran IPA terfokus kepada guru dan minus terfokus pada peserta. Alhasil kegiatan belajar mengajar makin ditekankan pada pencekokan pendoktrinan dari pada pengajian pengkajian. Pengenalan penelaahan dapat diartikan andai perubahan yang terjadi dalam kemampuan, sikap, alias perubahan tingkah laku peserta yang nisbi permanen sebagai akibat semenjak pengalaman atau latihan.
Perubahan kemampuan yang hanya sebentar dan kembali ke perilaku sediakala menunjukkan belum terjadi peristiwa penerimaan, meskipun mungkin terjadi pengajaran. Tugas hawa yaitu membuat agar proses pembelajaran pada pelajar berlangsung secara aktif, efektif, kreatif, menarik dan mengademkan, dengan mengecap pendekatan sains, serta “
Learning to do, Learning to know, Learning to be and Learning to live together
“ (Depdiknas 2003 : 43).
Menyibuk kondisi
alun-alun di
kelas IV semester I plong
SD Wilayah Jambo Labu ,
yakni melintasi pengamatan langsung oleh penulis terbantah
tekor terlibatnya peserta dalam pembelajaran
Guna-guna Maklumat Liwa.
Hal ini mengakibatkan hasil sparing yang rendah yaitu dengan nilai rata-rata belaka sebesar 57,69. Dari 26 petatar papan bawah IV hanya 7 orang (26,92 %)
mencecah KKM nan ditetapkan sekolah yakni 70,00.
Kondisi enggak terlihat a
ktifitas belajar pelajar cend
e
rung tekor dan monoton, ditandai dengan siswa lebih gemar diceramahi, siswa abnormal sekali nan mau bertany
a
, sedikit peserta yang berpunya menjawab pertanyaan, dan contoh-contoh materi latihan
yang diberikan guru
masih kurang terkait dengan lingkungan semangat siswa
sehari-hari
.
Kondisi pembelajaran IPA nan demikian akan menimbul dampak
kurang menggembirakan
terhadap hasil belajar siswa, dan lebih jauh pula boleh menimbulkan kesan tak baik terhadap penelaahan IPA sebagaimana peng
e
tahuan IPA hanyalah berperangai teor
e
tis semata.
Dengan mencatat gejala-gejala ataupun kenyataan tersebut diatas, mendorong penyadur untuk melakukan penelitian guna mengkaji peningkatan
hasil
belajar siswa dengan permainan
gambar
puzzle internal pembelajaran IPA
pada materi“ Khasiat Alat Tubuh Turunan Manusia”
di
kelas IV
SD Negeri Jambo Labu
Suatu inovasi pembelajaran yang meredakan dan penting kerjakan membantu pelajar tuntun mencapai kompetensi melalui pengalaman belajar kontekstual dengan unsur bermain di dalamnya. Sengaja tindakan ini dipilih karena siswa sekolah dasar masih mengesir pembelajaran apabila ada unsur bermain di dalamnya (learning by doing and playing). Doang berlaku dalam konteks ini bukan berfaedah belajar sambil bermain-main atau belajar hanya sebuah bertindak belaka, melainkan bermain dengan kebermaknaan.
B.
Rumusan
Masalah
Bertitik n sogokan dari latar birit
masalah
diatas
,
maka penulis menyusun permasalahnnya sebagi berikut:
Apakah
Melalui Permainan
Puzzles Pictured Game
Dapat Meningkatkan Hasil Sparing I
PA
Terhadap
Materi
Khasiat Perabot Fisik Manusia
Pada Siswa Inferior I
V
Semester I SD
N
egeri
Jambo Labu
C.
Tujuan Penyelidikan
1.
Tujuan Mahajana
a.
Kerjakan mendapatkan gambaran proses belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Kalimantang yang terjadi di papan bawah IV SD Provinsi Jambo Labu
b.
Untuk mengerti metode pembelajaran yang digunakan n domestik proses penerimaan IPA di kelas bawah IV
SD Negeri Jambo Labu
.
c.
Bagi mendapatkan cerminan aktifitas belajar siswa pada penelaahan IPA di Kelas bawah IV SD Wilayah Jambo Labu dengan menggunakan permainan puzzle
2.
Tujuan Unik
a.
Buat men
ingkatkan kualitas penataran IPA yang bertambah kondusif dan efektif.
b.
Untuk meningkatkan
motivasi dan minat
peserta
dalam belajar IPA.
c.
Meluaskan model dan media pembelajaran nan mengademkan dan penting.
d.
Meningkatkan keberanian pelajar dalam mengkomuniklasikan ide dan gagasan.
e.
Ki memasukkan konsep IPA dalam konteks yang tepat serta berjasa dalam hidup sehari-hari.
D.
Fungsi Penelitian
Dilaksanakannya penyelidikan ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat sekaligus, baik secara teoretis maupun praktis perumpamaan berikut:
1.
Manfaat Teoretis
a.
Menambah
pengembangan aji-aji pengetahuan di bidang keguruan, terutama mengenai tata proses pembelajaran nan efektif.
b.
Menambah referensi pemberitaan di bidang eksplorasi tindakan kelas.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Pelajar
Meningkatkan aktifitas membiasakan siswa dan mempermudah menghafaz serta memafhumi konsep-konsep IPA
b.
Bagi Guru
Meningkatkan kemampuan hawa dalam berkreasi dan berinovasi pada pembelajaran sehingga lebih efektif dan efisien dalam peranannya misal f
a
silitator dan mediator
c.
Bagi Sekolah
Meningkatkan profesionalisme guru IPA di Sekolah Dasar dengan menulis penelitian ilmiah yang memberikan solusi bagi persoalan pendedahan IPA.
d.
Peneliti,
Laksana kegiatan pengembangan profesi
pendidik guna menambah pengalaman privat melaksanakan tugas dimasa depan.
Ki II
Limbung TEORITIS DAN Presumsi TINDAKAN
A.
Kalangan Teori
1.
Paradigma Pembelajaran
Paradigma nan lama merupakan guru memasrahkan pengumuman memberikan pengetahuan kepada peserta nan pasif. Guru hanya perlu menitikkan apa nan diketahuinya ke kerumahtanggaan jambangan kosong yang siap menerimanya. Banyak guru yang mengganggap ideal lama ini misal satu-satunya alternatif dalam proses penataran. Mereka mengajar dengan metode orasi dan mengharapkan peserta duduk, bungkam, dengar, catat dan hafal serta mengadu siswa suatu sama lainnya.
Aplikasi internal manjapada pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak dapat lagi mempertahankan paradigma lama tersebut. Teori, riset, dan pelaksanaan pengajian pengkajian membuktikan bahwa para hawa sudah harus memungkiri eksemplar pembelajarannya. Guru perlu menyusun dan melaksanakan pembelajaran berdasarkan beberapa pokok pemikiran bagaikan berikut:
a.
Takrif ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan maka itu peserta.
Suhu menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa takhlik makna dari bahan-target pelajaran melalui suatu proses sparing dan menyimpannya n domestik ingatan yang serta merta-perian dapat diproses dan dikembalikan lebih jauh. (Piaget internal Dimyati, 2002: 45)
b.
Siswa membangun pengetahuan secara aktif.
Belajar ialah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan suatu yang dilakukan terhadap siswa. Peserta tidak menerima amanat dari suhu atau kurikulum secara pasif. Teori amung mengklarifikasi bahwa siswa mengaktifkan struktur kognitif mereka dan membangun struktur-struktur baru (Anderson & Armbruster dalam Dimyati, 2002:45). Makara penyelenggara mualamat yang terus menerus mengedrop murid sebagai peserta yang aktif.
c.
Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan murid.
Kegiatan belajar mengajar harus lebih menekankan puas proses mendapatkan suatu konsep ketimbang hasilnya. Seorang guru nan n kepunyaan paradigma lama mengklasifikasikan peserta dalam kategori kinerja belajar seperti intern penilaian ranking dan hasil-hasil pengecekan. Contoh baru berekspansi kompetensi dan potensi siswa berdasarkan postulat bahwa operasi dan pendidikan boleh meningkatkan kemampuan siswa sampai seimbang yang dia bisa (Maslow dalam Dimyati, 2002:46 ).
d.
Pendidikan ialah interaksi pribadi diantara petatar dan interaksi antara guru dengan murid.
Kegiatan pendidikan yaitu suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi siswa. Belajar ialah satu proses pribadi, sekadar juga proses sosial nan terjadi ketika sendirisendiri bani adam berhubungan dengan nan tidak serta membangun pengertian dan manifesto bersama (Johnson, Johnson & Smith dalam Dimyati, 2002:46).
2.
Kaidah dan Karakteristik
Penelaahan IPA
a.
Prinsip-Cara Pengajian pengkajian IPA
Guna-guna Pesiaran Alam (IPA) berbimbing dengan prinsip mencari senggang tentang kalimantang secara sistematis, sehingg
a IPA bukan hanya pendudukan kumpulan makrifat yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip doang semata-mata juga merupakan satu proses rakitan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi media bagi pesuluh jaga untuk mempelajari diri koteng dan pan-ji-panji sekitar, serta probabilitas pengembangan lebih lanjur dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu guru dituntut buat merancang proses penerimaan nan menyertakan siswa di dalamnya.
Berikut disajikan 4 (empat) pendirian pengajian pengkajian IPA yang dikemukakan olah Trianto (2007:104) bikin dijadikan pedoman dalam pelaksanaan di sekolah, yakni:
1)
Mengasihkan camar duka puas peserta bimbing sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai fasis.
2)
Menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji satu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap peristiwa sehari-hari nan memerlukan pembuktian secara ilmiah.
3)
Les berfikir kuantitatif nan membantu kegiatan belajar matematika, yaitu misal penerapan matematika puas masalah-ki kesulitan nyata yang berkaitan dengan situasi pataka.
4)
Memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perencanaan dan pembuatan alat-perlengkapan primitif maupun penjelasan bermacam-macam gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah.
b.
Karakteristik Indra penglihatan Pelajaran IPA
Sebelum kita menentukan garis haluan pengajian pengkajian (tujuan, model dan evaluasi), mudahmudahan kita harus memahami tinggal karaktaristik alat penglihatan pelajaran IPA atau sains yang akan kita ajarkan. Kerumahtanggaan sains dipelajari permasalahan yang berkaitan dengan fenomena tunggul dan berbagai permasalahan intern vitalitas masyarakat. Fenomena alam dan sains bisa ditinjau berasal bahan, permasalahan, tema dan tempat kejadiannya.
Pembelajaran sains memerlukan kegiatan penggalian baik melalui observasi maupun eksperimen, andai babak dari kerja ilmiah yang melibatkan kecekatan proses yang dilandasi sikap ilmiah. Selain itu penelaahan sains mengembangkan rasa ingin adv pernah melalui kreasi berdasarkan pengalaman langsung nan dilakukan melangkaui kerja ilmiah. Melalui kerja ilmiah, siswa didik dilatih untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep, kaidah, teori misal dasar cak bagi berfikir berpunya, kritis, analisis dan divergen.
Dengan demikian menurut Indrawati (2008:5) dalam pengajian pengkajian IPA atau sains, peserta bimbing dituntut untuk menguasai/memiliki kemampuan minimum dalam empat hal, yaitu :
1)
Menguasai konsep-konsep IPA
2)
Terampil memperalat ketrampilan berfikir dan motorik
3)
Memiliki sikap-sikap konkret seperti yang dimiliki oleh saintis
4)
Mampu menerapkan konsep IPA dan kegesitan berfikir dalam memecahkan masalah sehari-hari
3.
Ilmu Laporan Alam cak bagi Sekolah Bawah
IPA diperlukan dalam hayat sehari-periode lakukan memenuhi kebutuhan manusia melangkahi pemecahan komplikasi-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat sekolah dasar diharapkan terserah penekanan pengajian pengkajian Salingtemas (Sains, mileu, teknologi dan publik) yang diarahkan pada camar duka belajar lakukan mereka cipta dan membentuk suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Pengajian pengkajian IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, berkarya dan bergaya ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan atma. Maka dari itu karena itu pengajian pengkajian IPA di SD menekankan kepada pemberian pengalaman belajar secara serempak melangkaui penggunaan dan pengembangan kelincahan proses dan sikap ilmiah.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Kewarganegaraan RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Asal tingkat Sekolah Bawah, urat kayu lingkup bulan-bulanan analisis IPA untuk meliputi aspek-aspek ibarat berikut:
a.
Turunan hidup dan proses atma, yaitu manusia, fauna, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesegaran.
b.
Benda/materi, adat-resan dan kegunaanya meliputi: larutan, padat dan asap.
c.
Energi dan perubahannya menghampari: tren, bunyi, panas, besi berani, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
d.
Bumi dan pataka segenap membentangi: tanah, bumi, pengelolaan surya dan benda-benda langit lainya.
4.
Implementasi pembelajaran IPA
Selepas mengenal empat prinsip penelaahan IPA dan siap mengimplementasikannya, ada beberapa keadaan yang wajib dipertimbangkan untuk membuat petatar belajar dengan baik, merupakan mileu belajar non fisik. Lingkungan belajar non fisik adalah situasi psikologis di sekitar siswa yang diciptakan oleh guru secara sengaja bagi memerosokkan pelajar belajar.
Faktor-faktor tidak yang mesti mendapat pertimbangan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah, adalah
sebagai
berikut:
a.
Lingkungan belajar yang mendukung dan subur.
Lingkungan belajar yang mencerminkan prinsip ini adalah seumpama guru harus dapat membangun kawin yang positif dengan setiap siswa, mengenal dan menghargai mereka suatu per satu. Guru juga membangun budaya silih menghargai dan saling menghormati antar siswa baik secara khas maupun kelompok. Guru
menggunakan heterogen strategi bagi meningkatkan keyakinan kepada diri koteng dan kesediaan mencoket resiko intern membiasakan. Dan terakhir guru terbiasa menunjukkan rasa kesatuan hati pada setiap petatar secara individual melalui dukungan nan koheren, sanjungan lega usaha siswa serta
yang dikerjakannya.
Salah satu yang minimum mungkin dilaksanakan oleh suhu adalah pada setiap proses penataran dimulai dengan mengapresiasi konsepsi siswa akan halnya konsep-konsep IPA yang akan dipelajari pada pertemuan itu.
b.
Lingkungan sparing mengintensifkan pertambahan otonomi, kolaboratif dan
motivasi diri.
Dalam lingkungan semacam ini sebagai guru, mendorong dan mendukung agar
setiap murid bertanggung jawab atas berlatih mereka masing-masing. Keberhasilan belajar di tangan para siswa sendiri, seharusnya ditanamkan. Guru lagi membangun plural strategi nan bisa menumuhkan keterampilan kerja sama yang ki berjebah.
c.
Kebutuhan petatar, perspektif pelajar, minat siswa tercermin dalam programa belajar.
Sebagai suhu yang menggunakan berbagai strategi yang fleksibel dan responsive terhadap pengelolaan nilai, kebutuhan dan minat siswa secara eksklusif. Guru juga mempergunakan bervariasi strategi yang mendukung beraneka ragam pernalaran dan cara belajar siswa. Disarankan
indoktrinasi suhu didasarkan pada camar duka serta kenyataan tadinya murid.
d.
Siswa ditantang dan didukung hendaknya mengembangkan kemampuan berpikir dalam-dalam reseptif.
Lingkungan belajar seperti mana ini boleh terjadi jika
guru merancang dan mengimplementsikan satu kegiatan yang mengintensifkan belajar yang berkelanjutan, melangkahi penekanan hubungan antar gagasan dan konsep, serta menumbuhkan ketrampilan pengkhususan dan penyelesaian penyakit.
e.
Asesmen yakni bagian terkonsolidasi dari pendedahan
Mileu sparing seperti ini tercermin pada asesmen yang
dibuat hawa dapat mencakup heterogen macam aspek pecah belajar,
misalnya kerumahtanggaan bentuk portofolio. Hawa juga meluaskan asesmen dengan barometer nan jelas serta membengang maupun transparan. Jangan lupa asesmen seperti ini teradat menunda siswa buat melakukan refleksi dan evaluasi diri. Sebaiknya, soal-soal tes baik formatif maupun sumatif tidak memperalat bahasa referensi dari buku tuntun.
f.
Belajar menghubungkan siswa dengan masyarakat dan praktik nan berada jauh di asing kelas.
Lingkungan sebagai halnya ini dapat tersalurkan seandainya suhu mendukung siswa terlibat dengan mualamat mutakhir dan amanat praktis di pelan. Suhu juga membuat rencana yang boleh menciptakan hubungan antara
peserta dengan komunitas sekitarnya.
5.
Hakekat Hasil Berlatih
Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil membiasakan yaitu hasil penilaian terhadap kemampuan siswa nan ditentukan internal bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil sparing adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran.
Hasil belajar adalah satu prestasi yang dicapai seseorang dalam mengikuti proses pembelajaran, dengan perkenalan awal tak hasil berlatih adalah pertukaran yang terjadi dalam diri insan yang membiasakan. Pergantian yang diperoleh berusul hasil belajar merupakan perlintasan secara menyeluruh terhadap tingkah kayun yang cak semau pada diri individu. Hasil belajar itu mencengap mati kognitif, afektif dan psikomotor. Sesuai menurut Bloom yang dikutip Djaafar (2001:83) menyatakan hasil belajar dibagi dalam tiga ranah maupun provinsi yakni (1) Ranah Kognitif, (2) Lengang Afektif dan (3) Ranah Psikomotor.
Masing-masing senyap menghasilkan kemampuan tertentu. Hasil belajar ranah serebral memusat kepada kemampuan “berpikir” yang mencakup kemampuan memecahkan suatu komplikasi. Hasil sparing nyenyat afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem poin dan sikap hati-hati nan menunjukkan penerimaan atau penolakkan terhadap sesuatu. Sedangkan hasil belajar ranah psikomotorik yang bersambung dengan anggota raga atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak.
Menurut Gagne nan dikutip Djaafar (2001:82) hasil berlatih merupakan kapabilitas atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar yang boleh dikategorikan kerumahtanggaan lima macam, yaitu: (1) informasi verbal, (2) keterampilan intelektual, (3) Strategi kognitif, (4) Sikap, dan (5). Keterampilan motorik. Hasil belajar bisa diperoleh dari interkasi pelajar dengan guru atau interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya yang sengaja dirancang dan direncanakan guru dalam polah mengajar. Sudjana (2004 : 54) menyatakan hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi maka itu dua faktor utama adalah faktor dari dalam diri dan dari lingkungan
Selanjutnya Winataputra (2007:25) lebih menjelaskan, hasil belajar berupa perilaku atau tingkah laku. Seseorang berlatih akan berubah atau kian perilaku, baik yang konkret permakluman, ketangkasan motorik maupun penguasan nilai-nilai (sikap )
6.
Tinjauan Adapun Permainan Rencana Puzzle
Sebelumnya kita mutakadim mengetahui bahwa permainan n domestik pembelajaran seperti permainan rencana
puzzle
adalah salah satu pendirian yang bisa menarik karena cara ini bisa memotivasi siswa untuk menaksir pelajaran IPA.
Puzzle Picture
menurut Wojowasito dan Poerwadaminta (2004:165) adalah cangkrim berwujud bagan yang boleh merangsang momongan buat berfikir. Hanya sekadar sebelum kita mengajarkannya di depan kelas, guru harus mengerti kebijakan yang tepat cak bagi mengajarkannya. Sebelum kita mengajar harus terlebih lampau berbuat persiapan. Salah satunya adalah mengetahui keadaan petatar yang akan diajar dan mempersiapkan strategi yang tepat serta menarik lakukan menghadapinya.
Cak semau sejumlah nan diharapkan siswa setelah guru memasuki ruangan kelas dan guru nantinya diharapkan dapat memenuhi hal tersebut sehingga peserta teguh termotivasi bikin belajar. Menurut
Ronald. W. Luce
(dalam Suryanto, 2002:207) hal yang diinginkan peserta tersebut adalah: (1) Siswa ingin kebutuhan pribadinya terpenuhi dalam membiasakan. Mereka ingin bakat dan kemampuannya dihargai oleh guru dalam kelas bawah. (2) Siswa ingin gurunya benar-etis menghargai mereka sebagai “manusia”, nan peduli mereka bukan doang guru nan demap ingin mengevaluasi. (3) Siswa ingin ditantang dengan pelajaran bukan menyesatkan mereka. (4) Siswa cak hendak guru menjaga dan selalu membantu mereka mengikuti perkembangnya secara individu. (5) Siswa menaksir hawa yang bisa menyeimbangkan diri dengan mereka, humoris dan bisa mengarifi kelucuan mereka. (6) Siswa menaksir cara menjernihkan yang jelas dan ideal serta memberikan contoh-contoh yang konkrit.
Lana Becker
dan
Kent Kaki langit. Schneider
(dalam Suryanto, 2002:208) menyarankan beberapa peraturan agar kukuh fokus dan termotivasi internal belajar yaitu: a) menjelaskan kepada siswa lakukan mempelajari materi yang akan diajarkan, b) menyisihkan media visual untuk mendukung materi tuntunan, c) membeningkan materi pelajaran secara logis dan bisa diterapkan, d) memberikan kegiatan di dalam inferior segera setelah materi tersebut diajarkan, e) membantu murid bakal mengaduh pelajaran nan lalu dengan tutorial yang sedang diajarkan, f) menghargai siswa detik proses belajar mengajar berlanjut. Apabila siswa merasa dihargai mereka akan memberikan usaha terbaiknya, dan g) memberikan standar sparing nan tinggi.
Berdasarkan cerminan di atas dapat disimpulkan bahwa menerimakan materi pelajaran melewati permainan gambar puzzle bermaksud bakal menyeret pikiran pelajar dan menjaga motivasinya untuk belajar IPA dan dapat mengembangkan dalam vitalitas sehari-tahun.
B.
Rajah Berpikir
Suka-suka banyak hal yang boleh mempengaruhi aktifitas dan hasil sparing IPA, misalnya kurikulum, kendaraan, perlengkapan peraga, strategi dan contoh penerimaan.
Dengan demikian salah suatu kebijakan yang cocok kerumahtanggaan proses pembelajaan IPA adalah dengan penerapan metode permainan puzzle lakukan meningkatkan aktifitas belajar pada murid
sebab permainan tulangtulangan
puzzle
yakni salah satu kaidah yang dapat menarik karena cara ini dapat memotivasi murid untuk menaksir kursus IPA. Berdasarkan kajiaan teori di atas panitera dapat mengilustrasikan rangka pemeikirannya umpama berikut.
Gambar 2.1 Skema Rangka Berpikir
C.
Asumsi Tindakan
Berdasarkan kajian teor
bermoral
dan kerangka berfikir serta mempertimbangkan konsep yang cak semau
,
maka
“ Diduga
Melewati Permainan
Puzzles Pictured Game
Boleh Meningkatkan Hasil Membiasakan I
PA
Terhadap Materi Khasiat Alat Tubuh Manusia
Puas Siswa Kelas
IV
Semester I S
D Negeri
Jambo Labu
”
Gerbang III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Setting Investigasi
1.
Tempat Penggalian
Penelitian ini berdiam di SD Negeri Jambo Labu yang terletak di
Desa Jambo Labu Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur, dengan alasan katib bertugas di sekolah tersebut.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini
berlangsung selama ± 4 (empat) bulan yang
dimulai
pada
rembulan
Austus
s/d
November
201
3
semester I musim pelajaran
2012/2013
dengan
alasan sederum dengan materi yang perekam ajarkan.
B.
Subyek Penekanan
Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah petatar inferior IV SD Negeri Jambo Labu
Kecamatan
Birem Bayeun dengan
jumlah siswanya yaitu
26
manusia terdiri dari
11
orang pesuluh maskulin dan
9
cucu adam siswa perempuan. Hal kelas nan dijadikan subjek penelitian
memadai pas.
C.
Sumber Data
Sumur data yang digunakan dalam penggalian ini adalah hasil tes formatif siklus I dan siklus II serta coretan pengamatan lapangan pada kondisi mulanya, siklus I dan siklus II serta hasil pengamatan kelas.
D.
Teknik dan Perangkat Akumulasi Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pendirian observasi. Instrument yang digunakan untuk melaksanakan penyelidikan yaitu (1) dokumen observasi tindakan berupa catatan terhadap siswa d
alam
penerimaan IPA sepanjang pembelajaran berlantas, inskripsi tindakan amatan setiap penutup siklus. (2) sumber informasi lain adalah yaitu kolaborator (guru) yang mengecap sejauh pelaksanaan tindakan. (3) lembaran test berupa soal yang digunakan lakukan melihat penguasaan konsep –konsep materi pengajian pengkajian mengenai sistem pencernaan manusia yang sudah diajarkan.
Selama proses pembelajaran berlantas aktivitas siswa terus diamati maka dari itu observer dan pemeriksa. Situasi-hal nan diamati adalah a) aktif mengekspresikan gambar puzzle dalam kerubungan, b) membaca ki akal sumber bakal menyelesaikan tugas intern lembaran kerja, c) berinteraksi dengan teman sekerumun intern memintasi kebobrokan, d) mencatat hasil urun rembuk dalam lempengan kerja, e) menyoal privat sumbang saran kelas, f) menjawab pertanyaan teman kerumahtanggaan diskusi kelas bawah, g) mewujudkan konklusi hasil diskusi kelas.
E.
Amatan Data
Data yang diperoleh dianalisis dan dideskripsikan sesuai permasalahan yang ada dalam bentuk siaran hasil pengkajian. Rang penataran interaktif dan rahmat tugas kerja keramaian dilakukan pembuktian oleh guru
Data hasil observasi keaktifan belajar petatar dianalisi dengan memperalat amatan deskriptif keteter dengan menotal persentase pertambahan lecut murid dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
F.
Indikator Kesuksesan
Indikator keberhasilan ditentukan sehabis pengkaji mengerjakan proses penerimaan di kelas sesuai dengan materi nan diajarakan. Di samping itu telah dilakukan validasi formatif setelah penelaahan selesai.
Adapun kriteria penanda keberhasilan yaitu sebagai berikut.
1.
Apabila lazimnya hasil ulangan koran peserta dan kredit tes formatif lebih dari 7
0
(7
0
%), pendedahan dapat dikatakan berakibat.
2.
Apabila lazimnya hasil ulangan harian kurang terbit 7
0
(7
0
%), pembelajaran belum berhasil sehingga teristiadat dilanjutkan kesiklus 2.
3.
Skor rata-rata ialah total biji seluruhnya dibagi banyaknya siswa nan diteliti.
4.
Prosentase skor rata-rata adal
ah jumlah nilai seluruhnya dibagi banyaknya siswa yang diteliti dan hasilnya dikalikan seratus komisi.
G.
Prosedur Penelitian
Bentuk riset ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) adalah tindakan reflektif maka itu pelaku tindakan bikin membetulkan proses pembelajaran. Sudarsono (2002:24) menyerahkan batasan tentang penelitian tindakan inferior yaitu suatu bentuk penelitian yang berkepribadian refleksif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara profesional. Penyelidikan tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelas yang langsung penyelidik berkujut di dalamnya atau kelas yang diajar, bertujuan enggak namun sebagai solusi untuk tanggulang masalah, tetapi juga melibatkan penyuluh sendiri secara aktif privat mengembangkan pendekatan pembelajaran
Penelitian dilakukan melalui empat langkah dalam setiap siklus penelitian, yakni perencanaan (planing), tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection) serta indikator kerja. Siklus kedua dilakukan mengacu pada siklus sebelumnya dengan menyempurnakan barang apa kesuntukan yang ada pada siklus purwa tersebut.
Adapun silsilah penelitian digambarkan laksana berikut
Siklus I
![]() |
Siklus II
![]() |
|||
![]() |
Kerangka 3.1 Alur Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dengan tiap-tiap siklus mempergunakan langkah-awalan:
1.
Siklus I
a.
Rencana Tindakan
Hawa membuat rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan, kemudian menyiagakan gambar-gambar rangka manusia yang akan digunakan dalam permainan bagan puzzle. Selain itu juga dipersiapkan lembaran kerja siswa yang akan memandu petatar kerumahtanggaan kegiatan (kerja). Juga takhlik tanya-soal cak bagi pegangan kondominium (PR) siswa, sistem penilaian, anju sendi tiang penghidupan siswa, persiapan soal evaluasi, lembaran observasinya.
b.
Pelaksanaan Tindakan
Temperatur menguraikan materi cak bimbingan tentang fungsi rangka manusia dan pemeliharaanya sesuai dengan buram pembelajaran yang sudah lalu dipersiapkan. Selanjutnya memberikan makrifat adapun mempergunakan tulang beragangan puzzle nan melibatkan petatar dalam kelompok. Membentuk kelompok belajar siswa dan siswa menyusun rajah puzzle yang sudah dipersiapkan guru dalam kerumunan masing-masing. Setelah rencana tersusun peserta mengerjakan kepingan kerja dengan berbantahan dalam kelompok, guru memasrahkan penjelasan sehubungan dengan kesulitan-kesulitan yang dijumpai murid sambil mengawasi kegiatan siswa tersebut. Pasca- paisan kerja selesai dikerjakan maka siswa diminta kerjakan mempersentasekan hasil pekerjaan di depan kelas dan kerumunan yang tidak menanggapi. Pada akhir kegiatan diadakan verifikasi pengunci.
c.
Observasi
Observasi dilakukan oleh observer dan juga peneliti. Semua hal-peristiwa ditemukan ditulis dan direkam maka itu penyelidik dan observer.
d.
Refleksi
Bakal mengoreksi kegiatan yang sudah lalu dilakukan diadakan refleksi terhadap hasil yang sudah diperoleh berlandaskan catatan pengamatan atau rekamannya.
2.
Siklus II
a.
Rencana Tindakan
Dengan bersendikan hasil refleksi dibuat tulang beragangan pendedahan buat siklus II (kedua) keefektifan melanjutkan kegiatan siklus I (pertama), dengan menyempurnakan tindakan-tindakan sesuai koreksi.
b.
Pelaksanaan Tindakan
Sreg siklus II materi cak bimbingan dilanjutkan dengan menyiapkan permainan puzzle gambar-rajah alat indera individu dengan materi pembelajarannya yaitu tentang fungsai alat indera turunan dan pemeliharaanya.
Peserta bekerja n domestik kelampok tanggulang LKS yang sudah lalu disediakan dengan berdebat, memplenokan dan mempertahankan pendapat kelompoknya. Peran guru tetap gelintar mengawasi dan menerimakan penjelasan apabila pesuluh mengalami kesulitan.
c.
Observasi
Observasi dlakukan maka itu pengamat dan peneliti, semua temuan dicatat dan direkam sebagai sasaran kajian dalam refliksi nantinya.
d.
Refleksi
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan gambar puzzle, dilanjutkan dengan melaksanakan refleksi terhadap kegiatan siklus II berlandaskan catatan-goresan pengamat
.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripasi Kondisi Awal
Sebelum dilakukan tindakan,
proses belajar mengajar untuk mata latihan IPA
masih
terfokus kepada guru dan kurang terfokus pada petatar. Balasannya kegiatan belajar mengajar makin ditekankan plong pengajaran semenjak pada pengajian pengkajian
Kondisi tersebut menjadikan a
ktifitas membiasakan siswa
kelas IV
cend
e
rung rendah dan monoton, ditandai dengan peserta lebih senang diceramahi, murid terbatas sekali nan kepingin bertany
a
, sedikit siswa yang bernas menjawab pertanyaan, dan contoh-contoh materi latihan
nan diberikan hawa
masih kurang tersapu dengan lingkungan spirit siswa
sehari-hari. Hal inilah yang menyebabkan nilai rata-rata hasil belajar IPA pada Fungsi Radas Tubuh Manusia
menjadi rendah adalah 57,69 seperti tertera pada diagram di bawah ini.
Diagram 4.1 Data Hasil Membiasakan
Kondisi Awal
|
|
|
|
|
|
1 |
Belum Mencapai KKM |
40 – 69 |
19 |
73,08 % |
|
2 |
Sudah Mencapai KKM |
70 – 100 |
7 |
26,92 % |
Data di atas bisa diperjelas melalui diagram ven sama dengan tertentang pada bagan di pangkal ini
Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Membiasakan Kondisi Mulanya
Angka tertinggi dan terendah hasil belajar pada kondisi awal juga dapat penulis paparkan pada grafik di bawah ini.
Table 4.2
Nilai Tertinggi dan Terendah Kondisi Awal
|
|
|
1 |
Nilai Tertinggi |
7 |
2 |
Nilai Terendah |
4 |
3 |
Jumlah Poin |
1500 |
4 |
Poin Lazimnya |
5 |
Data diatas dapat diperjelas melewati tabel bangkai begitu juga gambar di bawah ini
Bentuk 4.2 Diagram Nilai Terala dan Terendah Kondisi Sediakala
B.
Deskripsi Tindakan dan Hasil Penelitian Siklus I
-
Perencanaan
Tindakan
Beralaskan hasil refleksi sediakala, penyadur bersama peneliti merumuskan rencana tindakan untuk mengamankan masalah nan ditentukan kerumahtanggaan refleksi awal. Perencanaan ini mencakup menyiapkan rancangan tindakan dalam bentuk Rancangan Pelaksanaan Pendedahan, instrument penadah data dalam lembaga perencanaan dan rambu-pancang analisis data (objek).
Pelaksanaanya dilakukan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x
40
menit.
2.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan, masing-masing pertemuan 2 x 40 menit. Dalam siaran ini akan diuraikan pelaksanaan penelaahan tindakan siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 13
September 2022 cak bagi pertemuan mula-mula dan terlepas
20 September 2022 untuk pertemuan kedua.
a.
Pertemuan 1
Pelaksanaan tindakan
pertemuan ke satu siklus I dilaksanakan pada tanggal 13
September 2022 martil 09.00 sampai dengan pukul 10.20. WIB
Adapun pelaksanaan proses pembelajaran pada perjumpaan pertama diuraikan seumpama berikut;
1)
Puas tahap pendahuluan peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:
a)
Menyampaikan tujuan pembelajaran, yang menghampari intensi produk, proses dan afektif.
b)
Memotivasi siswa dengan pendirian menjelaskan pentingnya materi yang akan dipelajari bakal memahami materi selanjutnya dan menerapkannya kehidupan sehari-hari.
c)
Membagi kelompok secara beraneka ragam dan mendiskusikan beberapa soal PR yang diberikan puas pertemuan sebelumnya.
2)
Pada tahap kegiatan inti peneliti mengamalkan bagaikan berikut:
a)
Pemeriksa mengkomunikasikan materi tentang penggalan-adegan rangka orang dengan metode tanya jawab dan ekspositoris, kemudian setiap kelompok dibagikan potongan bentuk-buram rangka anak adam yang harus mereka rangkai menjadi rancangan yang berarti. Sejauh proses penerimaan terjadi komunikasi antara siswa dalam kelompoknya sekaligus menjawab permasalahan-persoalan yang diberikan berkaitan dengan gambar. Penyelidik terus memantau aktivitas belajar siswa dan mendukung mengarahkan detik ada kerubungan yang mengalami kebuntuan (tidak tepat) baik ketika merangkai gambar ataupun dalam memecahkan persoalan yang diberikan.
b)
Memimpin diskusi kelas dimana saban wakil kelompok mengemukakan pendapatnya atas gambar dan persoalan apa yang didapat pada masing-masing kelompok.
3)
Pada tahap intiha pengkaji melakukan kegiatan sebagai berikut:
a)
Menyimpulkan atas hasil data nan diberikan oleh sendirisendiri kerubungan.
b)
Memberikan persoalan adendum kerjakan menghubungkan materi pelajaran yang diberikan detik itu dengan nasib sehari-hari.
c)
Memberikan PR yang diambil bersumber soal-soal tutorial yang terwalak dalam sosi sampul ataupun buku penunjang lainnya.
b.
Persuaan 2
Pelaksanaan tindakan persuaan kedua siklus I dilaksanakan plong hari selasa 20 September 2022 palu 09.00 setakat dengan pukul 10.20.WIB
Adapun pelaksanaan proses pengajian pengkajian sreg pertemuan kedua diuraikan andai berikut;
1)
Plong tahap pendahuluan pemeriksa melakukan kegiatan sebagai berikut:
a)
Menyampaikan tujuan pembelajaran, yang menghampari tujuan barang, proses dan afektif.
b)
Memotivasi pesuluh dengan cara menjelaskan pentingnya materi yang akan dipelajari untuk memafhumi materi lebih jauh dan menerapkannya internal
sukma sehari-tahun.
c)
Memberi kelompok secara heterogen dan mendiskusikan bilang soal PR nan diberikan puas perjumpaan sebelumnya.
2)
Pada tahap kegiatan inti penelit melakukan sebagai berikut:
a)
Peneliti mengkomunikasikan materi adapun fungsi rangka pada turunan dengan metode tanya jawab dan ekspositoris, kemudian setiap kelompok dibagikan potongan gambar-gambar plong tulang manusia nan harus mereka rangkai menjadi tulang beragangan nan berjasa. Sepanjang proses pengajian pengkajian terjadi komunikasi antara siswa dalam kelompoknya sedarun menjawab permasalahan-permasalahan yang diberikan guru berkaitan dengan gambar. Pemeriksa terus memantau aktivitas belajar siswa dan kontributif menyasarkan ketika terserah kelompok yang mengalami kebuntuan (bukan tepat) baik saat merenteng gambar ataupun n domestik menyelesaikan persoalan yang diberikan.
b)
Memimpin diskusi kelas bawah dimana masing-masing wakil kelompok memajukan pendapatnya atas rang dan persoalan apa yang didapat plong masing-masing kelompok.
3)
Pada tahap penghabisan peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:
a)
menyimulkan atas hasil data yang diberikan oleh masing-masing kelompok.
b)
Memberikan permasalahan lampiran cak bagi mengeluh materi pelajaran yang diberikan saat itu dengan kehidupan sehari-hari.
c)
Memberikan PR nan diambil mulai sejak soal-soal kursus yang terdapat dalam sosi paket atau buku penunjang lainnya
-
Observasi /Pengamatan
Berdasarkan data hasil pengamatan, diskusi dengan observer yang berpangkal bermula rival seprofesi dan hasil tes akhir siklus I, boleh disimpulkan kejadian-hal laksana berikut:
a.
Belajar IPA dengan menggunakan permainan gambar puzzle terlihat lebih baik dalam proses belajar di kelas, aktivitas siswa mulia meningkat dalam kegiatannya, peneliti/guru belum menjadi fasilitator dan motivator cak bagi seluruh murid, kolaborasi kelompok belum maksimal dan siswa masih malu-malu bagi mengemukakan pendapatnya.
b.
Pelajar yang ahli mungkin lebih dominan dalam aktivitas gerombolan, suhu siapa kurang memotivasi siswa-siswa yang berada di level dasar cak bagi dapat memunculkan potensinya.
c.
Gambar puzzle nan diberikan hanya suatu buat saban keramaian (dengan jumlah anggota kerubungan 5 petatar) sehingga waktu nan diberikan banyak tersisa dan hal ini mengakibatkan munculnya sikap negatif berasal bilang orang pesuluh.
d.
Mulai sejak hasil pengamatan observer tergambar belum seluruh siswa aktif dalam proses penataran dengan menggunakan permainan puzzle keadaan ini dibuktikan dengan tetapi beberapa siswa turut aktif dalam kegiatan gerombolan. (lihat foto aktifitas petatar pada lampiran)
Hasil membiasakan IPA lega Materi Rencana Bani adam
yang ditunjukkan melalui hasil tes akhir siklus I, terdapat
11
siswa yang memiliki nilai dibawah 7
0
dengan biji terendah
50
dan tertinggi
8
5
, rata-rata
68,46.
Berikut hasi belajar setelah diberikan tindakan lega siklus I secara pola boleh penulis paparkan sreg tabel di radiks ini.
Tabulasi 4.
3
Data Hasil Belajar
Siklus I
|
|
|
|
|
|
1 |
Belum Mengaras KKM |
40 – 69 |
11 |
42,31 % |
|
2 |
Sudah Menjejak KKM |
70 – 100 |
15 |
57,69 % |
Data di atas dapat diperjelas melalui diagram ven seperti terpandang sreg rang di pangkal ini
Buram 4.3 Diagram Ketuntasan Belajar Siklus I
Biji tertinggi dan terendah hasil belajar pada siklus I pula dapat penulis paparkan pada tabel di radiks ini
Table 4.
4
Nilai Termulia dan Terendah Pada Siklus I
|
|
|
1 |
Poin Tertinggi |
85 |
2 |
Biji Terendah |
50 |
3 |
Jumlah Nilai |
1780 |
4 |
Nilai Rata-rata |
68,46 |
Data diatas dapat diperjelas melangkaui diagram batang seperti bagan di bawah ini
Gambar 4.4 Diagram Nilai Tertinggi dan Terendah Pada Siklus I
-
Analisis dan Refleksi Siklus I
Analisis dan refleksi ini dilakukan setelah pembelajaran berlantas,
observer/
pengamat dan peneliti berdiskusi
mengenai kelemahan-kelemahan yang
berkaitan dengan pembelajaran
plong siklus I
.
Bersendikan hasil refleksi di atas, maka perlu dicarikan alternatif restorasi semenjak permasalahan yang timbul dengan menyempurnakan tindakan yang dipilih dan meningkatkan kejadian yang sudah baik pada siklus I.
C.
Deskripsi Tindakan dan Hasil Penelitian Siklus II
1.
Perencanaan Tindakan
Perencanaan ini mencakup menyiapkan rancangan tindakan
nan sudah direvisi intern mengantisipasi kelemahan-kelemahan pada siklus I
Pelaksanaanya dilakukan kerumahtanggaan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap persuaan 2 x
40
menit.
2.
Pelaksanan Tindakan
Siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, masing-masing pertemuan 2 x 40 menit. Dalam laporan ini akan diuraikan pelaksanaan pengajian pengkajian tindakan siklus II nan dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober
2012
lakukan pertemuan permulaan dan tanggal
18 Oktober
2012
kerjakan perjumpaan kedua. Pada dasarnya pelaksanaan proses penerimaan lega sikus II setolok halnya dengan siklus I. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan plong siklus II adalah melakukan restorasi dalam proses pengajian pengkajian.
a.
Pertemuan 1
Pelaksanaan tindakan
pertemuan ke satu siklus II dilaksanakan pada 11 Oktober
2012 pukul 09.00 sebatas dengan pukul 10.20.WIB
Adapun pelaksanaan proses pembelajaran pada persuaan permulaan diuraikan andai berikut;
1)
Pada tahap pendahuluan pemeriksa/hawa melakukan kegiatan sebagai berikut:
a)
Menyampaikan pamrih penerimaan, yang meliputi pamrih dagangan, proses dan afektif.
b)
Memotivasi siswa dengan pendirian menguraikan pentingnya materi yang akan dipelajari untuk memaklumi materi selanjutnya dan menerapkannya dalam vitalitas sehari-hari.
c)
Membagi kelompok secara plural dan mempertanyakan beberapa soal PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
2)
Puas tahap kegiatan inti suhu melakukan sebagai berikut:
a)
Temperatur mengkomunikasikan materi tentang fungsi instrumen indera
anak adam dengan metode cak bertanya jawab dan ekspositoris, kemudian setiap gerombolan dibagikan rajangan gambar-buram alat indera manusia yang harus mereka rangkai menjadi tulang beragangan yang berarti. Selama proses pembelajaran terjadi komunikasi antara murid n domestik kelompoknya sekaligus menjawab persoalan-persoalan yang diberikan guru berkaitan dengan gambar. Temperatur terus memantau aktivitas belajar pesuluh dan membantu menyasarkan ketika terserah kelompok nan mengalami kebuntuan (tidak tepat) baik saat merangkai rangka atau dalam mengamankan persoalan yang diberikan.
b)
Memimpin urun rembuk kelas dimana sendirisendiri wakil kelompok mengemukakan pendapatnya atas gambar dan persoalan apa nan didapat lega per kerumunan.
3)
Pada tahap penghabisan master mengamalkan kegiatan sebagai berikut:
a)
menyimulkan atas hasil data yang diberikan maka itu masing-masing kelompok.
b)
Menyerahkan permasalahan komplemen cak bagi menghubungkan materi pelajaran yang diberikan momen itu dengan arwah sehari-hari.
c)
Memberikan PR yang diambil dari pertanyaan-soal tutorial yang terdapat dalam sendi paket maupun buku penunjang lainnya.
b.
Persuaan 2
Pelaksanaan tindakan pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2022 pukul 09.00 setakat dengan pukul 10.20.
Adapun pelaksanaan proses pembelajaran pada persuaan kedua diuraikan sebagai berikut;
1)
Lega tahap pendahuluan guru melakukan kegiatan bagaikan berikut:
a)
Membentangkan intensi pembelajaran, yang menutupi tujuan dagangan, proses dan afektif.
b)
Memotivasi siswa dengan cara mengklarifikasi pentingnya materi yang akan dipelajari untuk mengerti materi selanjutnya dan menerapkaannya dalam kehidupan sehari-periode.
c)
Memberi kelompok secara heterogen dan mendiskusikan beberapa soal PR yang diberikan puas pertemuan sebelumnya.
2)
Pada tahap kegiatan inti suhu melakukan bagaikan berikut:
a)
Hawa mengkomunikasikan materi tentang pemeliharaan instrumen indera basyar dengan metode wawansabda dan ekspositoris, kemudian setiap kelompok dibagikan LKS
yang harus mereka jawab dengan memperdebatkan bersama anggota kelompoknya. Selama proses penataran terjadi komunikasi antara siswa intern kelompoknya langsung menjawab persoalan-persoalan yang diberikan guru berkaitan dengan bagan. Master terus memantau aktivitas belajar petatar dan membantu membidikkan saat suka-suka kelompok yang mengalami kebuntuan n domestik menyelesaikan persoalan yang diberikan.
b)
Memimpin sumbang saran kelas dimana masing-masing wakil kelompok memunculkan pendapatnya atas apa yang didapat pada masing-masing kerumunan.
3)
Lega tahap penutup guru mengerjakan kegiatan sebagai berikut:
a)
mengijmalkan atas hasil data yang diberikan oleh masing-masing kerumunan.
b)
Memberikan persoalan tambahan untuk menghubungkan materi pelajaran yang diberikan saat itu dengan kehidupan sehari-waktu.
c)
Memasrahkan PR yang diambil dari soal-soal latihan yang terdapat dalam sosi sampul atau buku penunjang lainnya
-
Observasi/Pengamatan
Berdasarkan data hasil pengamatan, hasil tes akhir siklus II dan sawala anggota penyelidik, ternyata pembelajaran IPA pada materi ” Alat Indera Bani adam” melalui pemanfaatan permainan gambar puzzle memberi manfaat yang cukup baik. Hal ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.
Aktivitas pesuluh tampak baik dimana mereka lebih sibuk menyusun gambar secara pasuk, kemudian berusaha dengan sungguh-sungguh menyelesaikan cak bertanya dalam lembaran kerja yang diberikan guru.
b.
Pesuluh yang pandai tidak lagi menonjol dalam keramaian, guru sudah berhasil memotivasi siswa yang berada plong level bawah untuk bisa lebih aktif dalam menyodorkan pendapatnya. (tatap foto aktifitas pesuluh
terlampir)
c.
Suasana kelas mutakadim lebih terkontrol, karena pada siklus II kegiatan sparing siswa dibagi 4 gerombolan. Masing-masing kelompok melakukan 1 rang puzzle dan besaran anggota tiap kelompok 5 orang. Sehingga masa kerjakan mengamalkan tugas makin lama.
d.
Berdasarkan hasil pengamatan observasi, siswa kian menyukai pembelajaran menggunakan bentuk puzzle. Keadaan ini dibuktikan dengan seluruh siswa terlibat aktif melakukan tugas nan diberikan suhu dan semangat sekali kerjakan menemukan jawaban paisan kerja dengan membaca ki akal sumber.
Hasil membiasakan pesuluh nan ditunjukkan dengan poin siswa hasil pemeriksaan ulang puas penghabisan siklus II ternyata pecah 26 besaran petatar,
hanya 1
orang siswa (3,85 %) yang memperoleh nilai dibawah 7
0
, skor terendah
6
5
dan tertinggi 100 dengan nilai lazimnya 79,75.
Berikut hasi belajar selepas diberikan tindakan pada siklus II secara lengkap dapat penulis paparkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.
5
Data Hasil Belajar
Siklus II
|
|
|
|
|
|
1 |
Belum Mencapai KKM |
40 – 69 |
1 |
3,85 % |
|
2 |
Sudah Mencapai KKM |
70 – 100 |
25 |
96,15 % |
Data di atas dapat diperjelas melalui diagram ven seperti terpandang pada gambar di dasar ini
Gambar 4.5 Diagram Ketuntasan Sparing Siklus II
Ponten tertinggi dan terendah hasil membiasakan plong siklus II kembali dapat dabir paparkan pada grafik di bawah ini
Table 4.
6
Nilai Terala dan Terendah Pada Siklus II
|
|
|
1 |
Nilai Tertinggi |
100 |
2 |
Nilai Terendah |
65 |
3 |
Jumlah Nilai |
2085 |
4 |
Nilai Lazimnya |
80,19 |
Data diatas dapat diperjelas melalui diagram layon begitu juga rang di bawah ini
Buram 4.6 Diagram Biji Termulia dan Terendah Plong Siklus II
-
Analisis dan Refleksi Siklus I
I
Analisis dan refleksi ini dilakukan selepas pembelajaran berlangsung,
observer/
pengamat dan peneliti berbantahan
tentang kejayaan yang
berkaitan dengan pembelajaran
pada siklus II
.
Bermula kajian data diatas, sudah tergambar adanya peningkatan hasil belajar IPA puas materi Rancangan dan Perkakas Indera
peristiwa ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata murid start dari kondisi awal, siklu I sebatas ke siklus II
Berdasarkan hasil observasi di atas, maka peneliti beserta pengamat memutuskan unutk menghentikan penelitian ini pada siklus II karena sudah dianggap berhasil dan KKM nan ditetapkan yaitu 70,00 sudah terulur. Tetapi demikian peneliti berusaha terus untuk kian meningkatkan hasil belajar dengan penerapan inovasi-terobosan plonco pada proses pengajian pengkajian.
D.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Aktivitas siswa lega siklus pertama sudah bergeser bersumber kondisi awal sebelum dilakukan tindakan sahaja belum maksimal. Pada kegiatan mengekspresikan rancangan puzzle belum diikuti oleh seluruh anggota kerubungan. Masih ada petatar yang tidak mau adv pernah dengan apa nan dikerjakan teman dan menyepakati saja hasil yang sudah dibuat temannya.
Kegiatan kerjasama ataupun diskusi yang dilaksanakan pada siklus I masih didominasi oleh beberapa orang pelajar. Pelajar yang tampil bersabda itu ke itu saja dan pelajar yang berada di level sumber akar masih sungkan untuk mengungkapkan pendapatnya.
Sementara itu plong siklus II murid menjadi kian aktif, termotivasi, lebih tertantang cak bagi belajar, muncul sikap faktual dan berkurang sikap negatifnya. Petatar kian sering aktif timbrung menyusun bentuk puzzle, berinteraksi dengan teman sekelompok dan peduli dengan temannya, aktif dalam diskusi papan bawah serta tekun membaca buku sumur lakukan menyelesaikan soal-cak bertanya kerumahtanggaan LKS.
Belajar sambil bertindak itulah gambaran proses belajar mengajar yang teramati n domestik penggalian ini, pelajar menjadi hidup dalam berlatih, suasana kelas menjadi hidup, suhu sudah dapat menjadi fasilitator dan motivator. Lebih penting lagi terjadi kenaikan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep materi pelajaran.
Disamping itu pola pembentukan kerubungan yang memadukan antara pertimbangan guru dengan kemampuan siswa serta keinginan pelajar menghasilkan kelompok yang harmonis. Antara siswa nan ahli dengan yang kurang pandai terjalin hubungan yang baik sehingga terjadi saling membantu dalam kegiatan urun rembuk. Pada akhirnya terjadi peningkatan hasil berlatih petatar sesudah validasi hasil berlatih dilakukan guru.
Hasil tes akhir berlatih plong kondisi tadinya sebelum diberikan tindakan hanya mencapai nilai rata-rata 57,69 dengan ketuntasan membiasakan hanya sebesar 26,92 % (7 siswa) yang sudah menjejak KKM. Plong tes pengunci sparing siklus I
mulai adanya pertambahan adalah kebanyakan nilai pelajar
68,46 dengan ketuntasan belajar sebesar
57,69 % (15 siswa).
Ini berarti belum sampai ke KKM yang sudah ditetapkan merupakan 7
0
,00. Oleh sebab itu pengkaji perlu melanjutkan siklus II dengan memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi kegiatan siklus pertama.
Plong siklus kedua rata-rata kredit siswa sudah hingga ke 80,19, ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran siklus II sudah menunjukkan peningkatan yang sangat radikal, dimana ketuntasan sparing sudah dicapai bahkan melebihi target yang ditetapkan. Semua ini disebabkan oleh keterlibatan dan kesungguhan siswa dalam berpolemik semakin panjang. Peneliti/guru sudah berhasil memotivasi pesuluh sehingga minatnya semakin baik internal urun pendapat lakukan
mengamankan tugas yang diberikan.
Bab V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Pecah pencapian hasil belajar yang sudah dipaparkan lega bab sebelumnya, peneliti dapat menyadur bahwa hasil penelitian yang telah dilaksanakan sreg kelas IV semester I
SD Area Jambo Labu Kecamatan
Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur yakni
sebagai berikut:
1.
Pengajian pengkajian melalui
Permainan
Puzzles Pictured Game
dapat meningkatkan kesadaran konsep puas mata pelajaran IPA khusunya materi ” Fungsi Instrumen Raga Manusia”
2.
Melalui media tulang beragangan
puzzle boleh meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan kerjasama antar siswa serta hasil belajarnya.
3.
Guru asian fasilitas dalam berkreasi dan berinovasi pada pengajian pengkajian, bertambah efektif dan efisien bakal menyentuh intensi pendedahan.
4.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan seiring dengan semakin optimalnya pelaksanaan penelaahan dengan permainan rajah
puzzle.
5.
Aktivitas siswa berupa penyelesaian tugas-tugas pembelajaran secara kelompok sangat dipengaruhi oleh susunan anggota kerubungan.
6.
Aktivitas pelajar membaca buku dalam pendedahan IPA mendorong meningkatnya kemampuan bertanya dan menanggapi pertanyaan antiwirawan intern berdiskusi.
7.
Suasana penataran makin variatif, enggak monoton, dan menambah minat pesuluh bagi mencari tahu tentang konsep-konsep materi ” Fungsi Alat Bodi Manusia” pada penataran IPA.
B.
Saran
Mengacu kepada hasil penyelidikan, pembahasan dan kesimpulan maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
1.
Pembelajaran IPA hendaknya diupayakan kian mengutamakan mendorong petatar secara aktif
2.
Permainan gambar puzzle dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru untuk meningkatkan pemahaman konsep untuk siswa internal ain pelajaran IPA.
3.
Seyogiannya guru menyiapkan sejumlah alternatif rencana yang menghela bakal digunkan n domestik proses pengajian pengkajian.
4.
Bahan bacaan atau sumber belajar IPA mesti diupayakan guru kiranya makin sesuai dengan kompetensi yang dituntut kurikulum.
5.
Agar aktivitas siswa dalam pembelajaran terpantau lebih baik, terlazim dikembangkan instrumen yang betul-betul dapat mencengap seluruh aktivitas pembelajaran.
Daftar bacaan
Darmansyah
,
2006
.
Tekhnik Belajar Yang Menyenagkan. Jakarta. Rineka Cipta
Dimyati. 2002.
Berlatih dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Dikmenum. 2003.
Menjadi Guru Yang Terampil. Jakarta: Direktorat Menengah Mahajana Ditjen Pendidikan asal dan Menengah. Depdiknas.
Djaafar
,
200
1.
Belajar dan Pembelajaran
. Jakarta
Erlangga
Haryanto. 2004.
Sains Jilid 4 Kerjakan Kelas IV Sekolah Dasar. Jakarta: Erlangga.
Hamalik, Umar. 2002.
Psikologi Membiasakan Mengajar.
Bandung: Sinar Bau kencur Algensindo
Iskandar, Srini. 2002.
Pendidikan Aji-aji Laporan Alam. Jakarta: Depdikbud.
Indrawati, 2008.
Karakteristik Pembelajaran IPA di Sekolah Radiks. Jakarta. Erlangga.
Nasution, S.2002.
Beraneka macam Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Lambang bunyi.
Slameto.2005.
Belajar dan Faktor-Faktor nan Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudarsono, F.X. 1992.
Action Research.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana 2004
.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
. Jakarta. Rineka Cipta
Suryosubroto, B. 1996.
Proses Berlatih Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suryanto, 2002. Pembelajaran Dengan Permainan Gambar Puzzle. Jakarta. Rineka Cipta.
Trianto, 2007.
Prisip-Prinsip Pendedahan
IPA Jakarta. Erlangga
Usman , 2002
Tujuan Penerimaan IPA di Sekolah Bawah. Jakarta.
Erlangga.
Winataputra 200
7.
Sejumlah Penyebab Rendahnya Hasil belajar
. Bandung Sinar Baru
Wojowasito, Poerwadaminta..2004.
Belajar Serentak Bermain. Jakarta. Rineka Cipta
Zamroni. 2003.
Teladan Pendidikan Masa Depan.
Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Bawah dan Menengah. Depdiknas.
Source: https://ptkguruku.blogspot.com/2014/08/contoh-ptk-upaya-meningkatkan-hasil.html