Makalah Tentang Penerapan Model Siklus Belajar Fisika Di Tingkat Smp
1
Ki I PENDAHULUAN
A. Satah Belakang Penyakit Fisika merupakan fragmen dari Ilmu Wara-wara Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena umbul-umbul secara sistematis, sehingga proses pembelajarannya enggak sahaja sekedar aneksasi himpunan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, alias prinsip-prinsip sahaja tetapi juga merupakan suatu proses rakitan. Sama dengan yang tercatat intern Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa fisika SMA, n kepunyaan fungsi dan intensi bak sarana: i) Menyadarkan kegantengan dan keakuran duaja untuk meningkatkan keimanan terhadap Halikuljabbar YME, ii) Memupuk sikap ilmiah yang mencakup; jujur dan obyektif terhadap data, terbuka dalam memufakati pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu, peka terhadap pernyataan ilmiah, dan dapat bekerja sebagaimana cucu adam bukan, iii) Memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji dugaan melalui percobaan; merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan mengingkari data, menyusun pesiaran, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara tertulis dan oral, iv) Mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan mandu fisika untuk menjelaskan heterogen hal bendera dan menuntaskan problem baik secara kualitatif atau kuantitatif, v) Tanggulang pengumuman, konsep dan cara fisika, serta memiliki pengetahuan, ketangkasan dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2006).
1
2
Berdasarkan jabaran di atas nampak jelas bahwa proses pengajian pengkajian fisika harus lebih menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan proses pendedahan fisika bukan yakni sejumlah amanat yang harus dihafalkan siswa, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman cak bagi dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, mengembangkan kemampuan nanang analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan kaidah fisika, mengendalikan pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, serta n kepunyaan kenyataan, keterampilan dan sikap ilmiah. Dengan mempunyai kemampuan-kemampuan tersebut dan proses pendedahan fisika yang berpusat pada siswa, akan lebih meningkatkan hasil berlatih kognitif siswa. Akan tetapi, lega kenyataannya yang terjadi di lapangan masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Pada lazimnya pembelajaran fisika di sekolah masih berperangai stereotip. Peristiwa ini setidaknya tercermin pecah hasil pengamatan yang dilakukan maka itu beberapa penulis, diantaranya Saepudin (2011) dan Utami (2010) yang menunjukkan bahwa proses penelaahan fisika kian mendekati memposisikan ilmu fisika bak sejumlah maklumat yang harus disampaikan dan dihafalkan peserta. Guru cenderung sebagai sosi pemberitahuan nan seakan dan bertugas menginformasikan rumus-rumus dan hukum-hukum fisika kepada para siswanya. Karena sifatnya informatif maka tak heran metode penyampaiannya didominasi oleh lektur yang diselingi temu duga. Proses pendedahan yang berfokus pada guru akan berpengaruh terhadap hasil berlatih serebral peserta, situasi ini kelihatan berbunga hasil nilai ulangan peserta yang masih tekor. Keadaan serupa terjadi juga di pelecok suatu SMP di kota Cimahi. Hasil pengamatan penyalin selama
3
observasi, menunjukkan kecondongan yang selaras, dimana proses pembelajaran berpusat pada suhu, sementara siswa pasif sebagai pembelajar. Seterusnya, hasil belajar kognitif pesuluh SMA papan bawah XI di sekolah yang bersangkutan lega materi dinamika rotasi dan keseimbangan benda kukuh ternyata masih rendah, yaitu dengan diperolehnya nilai rata-rata sebesar 58. Beberapa hasil observasi di atas menunjukkan bahwa proses dan hasil pembelajaran masih belum sesuai dengan tujuan netra kursus fisika dan permohonan kurikulum fisika di tingkat SMA. Menurut Amien (Zulkifli, 2005) metode penataran nan masih menggunakan konseptual pembelajaran konvensional dengan metode lektur, sawala kenyataan, dan demonstrasi tidak mendukung ekspansi keterampilan berpikir dalam-dalam petatar dan keaktifan pelajar dalam pembelajaran, karena guru mengajarkan fakta-fakta, rumus-rumus, hukum-hukum, dan siswa menghafalkannya. Hal tersebut berpengaruh terhadap rendahnya hasil berlatih kognitif pelajar. Para pakar pendidikan menyarankan bagi beralih dari penerimaan nan berpusat pada suhu (teacher centered) ke pemanfaatan model yang berpusat pada siswa (student centered). Sreg pembelajaran yang berfokus puas pesuluh, guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing berlatih dan motivator, sementara itu peserta didik harus menemukan konsep-konsep secara mandiri. Oleh karena itu para pakar pendidikan mulai berburu ideal pembelajaran yang boleh meningkatkan hasil berlatih psikologis petatar secara optimal sesuai dengan karakteristik IPA. Model
pembelajaran
yang
bisa
dijadikan
alternatif
adalah
model
penelaahan Learning Cycle yang terdiri dari beberapa varietas dan fase proses pembelajaran. Keseleo satunya adalah pola pembelajaran Learning Cycle 7E.
4
Model penerimaan Learning Cycle 7E dapat memfasilitasi pesuluh kerjakan mengingat kembali materi tutorial yang telah mereka dapatkan sebelumnya; memberikan motivasi kepada pelajar untuk menjadi lebih aktif dan menambah rasa keingintahuan; melatih siswa berlatih menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen; melatih siswa buat menyampaikan secara lisan konsep nan telah mereka pelajari; memberikan kesempatan kepada siswa bikin berpikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep nan sudah lalu dipelajari; hawa dan siswa menjalankan tahapan-tahapan penataran yang tukar mengisi satu sebabat lainnya; guru dapat menerapkan paradigma ini dengan metode nan berbedabeda (Lorsbach, 2006; Huang, 2008). Penelitian mengenai siklus belajar kontributif efektivitas dalam mendorong siswa bikin berpikir kreatif dan tanggap, serta memfasilitasi kognisi yang lebih baik tentang konsep ilmiah, meningkatkan kecekatan proses sains, dan menggali keterampilan penalaran yang bertambah panjang. Beberapa hasil penyelidikan telah menerapkan model ini intern pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Situasi ini menunjukkan bahwa model siklus berlatih lebih meningkatkan hasil belajar pelajar. Hasil investigasi di salah satu SMA kewedanan di ii kabupaten Bandung makanya beberapa mahasiswa Pendidikan Fisika UPI, yakni oleh Alamsyah (2009) menunjukkan bahwa “baik kerubungan A maupun kelompok B saat sendirisendiri bertindak seumpama gerombolan eksperimen menunjukkan hasil belajar kognitif yang lebih baik dibandingkan ketika kedua kelas bawah ini bertindak sebagai kelompok inferior otoritas”. Hasil pengkajian lainnya yaitu oleh Putri (2010) menunjukkan bahwa “prestasi belajar siswa yang diukur melalui tes mengalami kenaikan dengan kategori
5
sedang setelah diterapkan model pengajian pengkajian Learning Cycle 7E terpandang terbit gain nan dinormalisasi sebesar 0,40 pada cerah I, 0,42 pada seri II serta pada panah III 0,55″. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penyalin tertarik bakal berbuat penelitian adapun pertambahan hasil sparing siswa fisika di SMA melewati model Learning Cycle 7E bakal meningkatkan hasil belajar serebral siswa plong materi zalir statik dengan mengangkat judul “Penerapan Kamil Penataran Learning Cycle 7E untuk Meningkatan Hasil Berlatih Siswa pada Nyenyat Psikologis kerumahtanggaan Pembelajaran Fisika SMA”.
B. Rumusan Keburukan Bersendikan rataan belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah: 1.
Apakah penerapan teladan pembelajaran Learning Cycle 7E boleh lebih meningkatkan hasil belajar lengang kognitif siswa dibanding penerapan model pembelajaran tradisional?
2.
Bagaimana kenaikan tiap aspek hasil belajar ranah kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pengajian pengkajian Learning Cycle 7E dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model tradisional?
6
C. Batasan Masalah Moga ruang lingkup komplikasi yang akan diteliti lebih terarah, maka dilakukan pemagaran yaitu: 1.
Peningkatan hasil belajar psikologis pesuluh diartikan sebagai perubahan kearah yang lebih baik hasil sparing kognitif murid antara sebelum dan sesudah penerimaan, yang kategori peningkatannya ditentukan makanya nilai rata-rata gain yang dinormalisasi.
2.
Materi fisika lega eksplorasi ini adalah materi zalir statik papan bawah XI SMA dengan Standar Kompetensi (KD): Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan komplikasi dan Kompetensi Radiks (KD): Menganalisis hukum-hukum yang bersambung dengan fluida statis dan dinamis serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Hasil belajar lengang psikologis peserta yang diteliti dibatasi hanya puas aspek serebral panjang C1 (hapalan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), dan C4 (analisis).
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan ki kesulitan yang telah diungkapkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Mendapatkan gambaran tentang kenaikan hasil berlatih ranah kognitif siswa yang mendapatkan penelaahan dengan pola Learning Cycle 7E
7
dibandingkan dengan pelajar yang mendapatkan penelaahan dengan arketipe tradisional. 2.
Mendapatkan gambaran akan halnya peningkatan tiap aspek hasil belajar ranah kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Learning Cycle 7E dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan paradigma tradisional.
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti tentang potensi Model penataran Learning Cycle 7E kerumahtanggaan meningkatkan hasil membiasakan siswa puas ranah serebral, nan nantinya dapat memperkaya hasil-hasil investigasi sejenis yang sudah dilakukan sebelumnya dan boleh digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, seperti: guru-master fisika, dosen dan mahasiswa di LPTK, para peneliti, para praktisi pendidikan dan enggak-enggak.
F. Variabel Pendalaman Eksplorasi ini terdiri berpunca dua fleksibel yaitu 1. Variabel bebas : – model penelaahan Learning Cycle 7E – model penerimaan tradisional 2. Laur terikat : hasil sparing petatar lega ranah kognitif
8
G. Definisi Operasional Terdapat dua istilah utama pada penelitian ini ialah Model Pembelajaran Learning Cycle 7E dan Hasil Belajar pada Tenang Kognitif. Kedua istilah tersebut didefinisikan secara operasional perumpamaan berikut: 1. Sempurna Pembelajaran Learning Cycle 7E Sempurna penataran Learning Cycle 7E didefinisikan sebagai model pembelajaran nan berdasarkan sreg teori Piaget dan menyertakan indoktrinasi dengan pendekatan konstruktivisme. Model penelaahan Learning Cycle 7E terdiri mulai sejak 7 fase (tahap-tahap kegiatan) yakni: Elicit (mendapatkan), Engage (melibatkan),
Explore
(melebarkan),
(mengusut),
Extend
Explain
(memperluas),
(menjelaskan), dan
Evaluate
Elaborate (evaluasi).
Keterlaksanaan abstrak penataran Learning Cycle 7E internal pengajian pengkajian dipantau menerobos kegiatan observasi dengan panduan lembar observasi. 2. Hasil sparing psikologis siswa Hasil belajar serebral merupakan kemampuan-kemampuan kognitif yang dimiliki peserta setelah menerima camar duka belajar dan berbuat aktivitasnya. Menurut Bloom (Arikunto, 2008) hasil belajar kognitif menghampari aspek hapalan (C1), kesadaran (C2), penerapan (C3), amatan (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Lega penelitian ini hasil belajar serebral yang ditinjau hanya mencengam aspek C1, C2, C3, dan C4. Hasil belajar kognitif murid sebelum dan sesudah perlakuan diukur melewati penyelenggaraan konfirmasi hasil sparing kognitif dalam susuk pilihan ganda. Peningkatan hasil membiasakan psikologis pelajar ditentukan melalui ancangan kebanyakan gain yang dinormalisasi dari hasil tes awal dan pengecekan akhir
9
H. Asumsi Dasar dan Hipotesis 1.
Postulat Asal Premis dasar untuk merumuskan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu: Ideal penataran Learning Cycle 7E (Elicit, Engage, Explore,
Explain, Elaborate, Extend, dan Evaluate) memfasilitasi peserta lakukan mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya Elicit (C1), memasrahkan lecut kepada murid bikin menjadi kian aktif dan menambah rasa keingintahuan Engage (C2), melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen Explore (C3), melatih siswa untuk menampilkan secara lisan konsep nan telah siswa pelajari Explain (C4), dan memasrahkan kesempatan kepada pelajar untuk berpikir dalam-dalam, berburu, menemukan dan menguraikan teladan penerapan konsep yang telah dipelajari Elaborate (C1, C2, C3, dan C4), Extend (C1, C2, C3, dan C4), dan Evaluate (C1, C2, C3, dan C4). Dengan demikian penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E memungkinkan boleh membantu kerjakan meningkatkan hasil berlatih puas ranah kognitif siswa.
2.
Hipotesis Bersendikan dugaan pangkal nan telah diuraikan di atas, maka premis
n domestik penelitian ini adalah: H0: Tidak terwalak perbedaan pertambahan hasil sparing kognitif siswa SMA yang berguna antara murid yang membujur pembelajaran dengan model
10
penataran Learning Cycle 7E dengan yang berbintang terang pembelajaran dengan teladan penelaahan tradisional (µx = µy). H1: Penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E secara bermanfaat dapat bertambah meningkatkan hasil membiasakan psikologis siswa dibandingkan penerapan model pembelajaran tradisional (µ x > µ y).
Source: https://adoc.tips/download/bab-i-pendahuluan-fisika-merupakan-bagian-dari-ilmu-pengetah3c77872b62feb2c2a24e4c39329acb7f82132.html