Contoh Foto Media Pembelajaran Pai Smp
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN Untuk MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR Petatar PADA Netra PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA Selam DI SMK NEGERI 3 Mulut sungai BUNGO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Pantat
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu faktor penunjang cak bagi meningkatkan prestasi sparing murid. Siswa yang n kepunyaan cemeti yang besar dalam penerimaan akan menunjukkan minat, kehidupan dan keseriusan yang tahapan kerumahtanggaan belajar, tanpa banyak mengelepai kepada master.
Cemeti belajar adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya merupakan untuk menumbuhkan gairah dan semangat siswa sehingga proses penerimaan dapat tercurahkan dengan baik dengan hasil yang baik pula.
Motivasi belajar bisa dibagi menjadi dua yakni (1) motivasi intrinsik, yakni ki dorongan yang berasal terbit petatar didik; dan (2) motivasi ekstrinsik, merupakan cemeti dari lingkungan peserta didik.
Berkaitan dengan fungsi motivasi, S. Nasution menguraikan bahwa motivasi dapat berfungsi perumpamaan:
-
Mendorong makhluk buat berbuat sebagai penggerak ataupun pencetus yang mengkhususkan energi.
-
Menentukan arah kelakuan, merupakan kearah tujuan yang hendak dicapai.
-
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan nan serasi guna mencapai maksud itu, dengan mengesampingkan ulah-perbuatan yang tidak bermanfaat untuk tujuan itu.[1]
Memperhatikan kemustajaban pecut yang sangat besar faedahnya bagi siswa dalam proses penataran, maka kemustajaban hawa agama ibarat motivator lampau dibutuhkan, terlebih jika dikaitkan dengan proses penerimaan nan terjadi di sekolah umum khususnya SMKN 3 Mulut sungai Bungo, karena waktu pembelajaran lewat terbatas ialah 2 X 45 menit privat seminggu. Hal ini menjadi kendala dan problem dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pendidikan agama Islam.
Kebobrokan bukan nan terjadi adalah siswa cenderung kurang berperhatian terhadap netra les pendidikan agama Islam, sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.
Beralaskan fenomena yang berkembang di SMKN 3 Estuari Bungo, ada beberapa indikasi negatif yang panitera temukan di antaranya adalah bilang siswa buruk perut bolos detik pelajaran agama sedang berlantas, tidak aktif dalam kelas, senang mengganggu teman ketika kursus sedang berlangsung, meremehkan pelajaran agama walaupun siswa tidak pandai, sikap kurang sopan terhadap suhu, ketidakaktifan peserta intern kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah. Hal ini kalau dibiarkan begitu saja akan berkarisma terhadap budi dan hasil belajar petatar.
Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang cak semau, peneliti mengepas menerapkan penggunaan media yang sesuai dalam penataran agama selam, karena sebagaimana nan diketahui wahana pembelajaran yakni salah satu unsur nan sangat utama kerumahtanggaan proses sparing mengajar. Selain itu, media pembelajaran ialah keseleo suatu cara untuk memotivasi dan berkomunikasi dengan pesuluh agar siswa lebih termotivasi cak bagi mengikuti pembelajaran agama Islam sehingga tujuan nan diharapkan dapat tercapai dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Melalui penelitian ini katib mengekspresikan problem sebagai berikut:
-
Apakah penggunaan ki alat pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar peserta lega netra kursus pendidikan agama Islam di SMK Area 3 Muara Bungo?
-
Bagaimana mobilisasi pendedahan dengan memperalat kendaraan pembelajaran untuk meningkatkan motivasi peserta dalam mata tuntunan pendidikan agama Islam di SMK Negeri 3 Muara Bungo?
C. Tujuan Eksplorasi
Tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
-
Untuk mengetahui apakah pemakaian kendaraan pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Selam di SMKN 3 Ambang Bungo.
-
Lakukan mengetahui bagaimana pengorganisasian pembelajaran dengan memperalat media pembelajaran lakukan meningkatkan motivasi siswa n domestik netra latihan pendidikan agama Selam di SMK Negeri 3 Estuari Bungo.
D. Manfaat Penelitian
-
Sebagai bahan pengetahuan dan masukan serta sumbangan pemikiran bagi para guru terutama guru agama dalam pemanfaatan ki alat dan prasarana yang ada serta penggunaan lingkungan sebagai wahana pengajaran dalam gambar meningkatkan mutu pengajaran sehingga tujuan dari pengajaran itu boleh dicapai.
-
Umpama target pertimbangan guru n domestik rangka penggunaan/ pemanfaatan kendaraan pengajaran dalam pendidikan.
-
Bakal menaik pengetahuan penulis dan guna-guna pendidikan terutama intern penggunaan media pengajaran pada penerimaan.
-
Sebagai bulan-bulanan pertimbangan dan informasi buat penelitian berikutnya yang meneliti lebih jauh tentang persoalan ini.
BAB II
Bagan TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Media Pembelajaran
Media penerimaan berasal dari bahasa latin adalah medius yang secara harfiah berharga tengah, perantara maupun pengantar.
Menurut Oemar Hamalik ki alat pembelajaran adalah Perlengkapan, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara hawa dan siswa n domestik proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.[2]
Media Penataran n kepunyaan variasi yang beragam, mulai berasal yang tersisa setakat nan canggih. Suka-suka yang dibuat koteng makanya master yang berkepentingan dan cak semau pula yang diproduksi oleh pabrik. Cak semau media yang sudah terhidang di lingkungan sekeliling, cak semau pula yang sengaja dirancang buat pembelajaran. Kendatipun begitu, tidak semua tipe wahana pengajian pengkajian dapat dimanfaatkan oleh guru. Kendaraan penerimaan yang jamak dimanfaatkan adalah alat angkut cetak, misalnya buku. Selain itu, juga terletak sekolah nan telah memanfaatkan ki alat lain, begitu juga gambar, OHP, slide, dan sebagainya.
Sebenarnya keefektifan alat angkut penerimaan itu yaitu perumpamaan perabot sokong intern kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat menerimakan asam garam visual kepada petatar dalam rangka menolak cambuk membiasakan, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih primitif, konkrit, serta mudah dipahami. Media pembelajaran juga berfungsi bagi mempertinggi absorbsivitas dan retensi anak terhadap materi penelaahan.
Menurut Azhar Arsyad ada beberapa keistimewaan praktis berasal penggunaan media penataran di n domestik proses sparing mengajar yaitu sebagai berikut:
-
Wahana pembelajaran dapat memperjelas penyajian wanti-wanti dan deklarasi sehingga bisa memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
-
Media penelaahan bisa meningkatkan dan mengacungkan ingatan anak asuh sehingga boleh menimbulkan tembung belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kebolehjadian siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
-
Media penataran dapat tanggulang keterbatasan indera, ruang, dan waktu. Misal: alamat nan terlalu besar untuk ditampilkan sewaktu di urat kayu kelas dapat diganti dengan rangka, foto, slide, dan sebagainya.
-
Media pembelajaran boleh memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa akan halnya situasi-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan hawa.[3]
Selain itu, penggunaan alat angkut pembelajaran bisa menerimakan otoritas penyembuhan kepada peserta. Mereka membiasakan berkreasi sama, mengasihkan ide dan pemikiran, memuliakan dan menghargai kemampuan dan pandangan anak adam lain. Kelompok rival sebayanya semakin bernas dengan adanya media pengajaran yang tepat. Kerubungan kecil dan individu akan mendapat keterampilan yang berbeda-cedera. Dengan demikian, pendidikan yang berorientasi pada kegiatan dapat dipercepat.
Dengan media penerimaan tertentu, guru dapat melakukan kegiatan tersebut dengan mengindividualisasikan pengajaran, misalnya penggunaan sempurna, gambar sebagai tindakan yang pertama, kemudian dengan menunggangi media penelaahan yang lebih berbudaya, misalnya tape recorder, slide, VCD maupun nan lainnya.
Kerumahtanggaan setiap penelaahan berlangsung, sendiri guru dituntut untuk memperhatikan hal-hal yang dianggap berguna sebelum menunggangi media indoktrinasi sebagai perabot bantu mengajar bakal meningkatkan kualitas belajar petatar, seperti akurasi hawa dalam memilih media pembelajaran. Hal tersebut dilakukan selain mempermudah guru dalam mengajar dan memudahkan pelajar internal memahami setiap materi yang disajikan.
Demikian pula halnya dengan wahana pendedahan pada indra penglihatan les Pendidikan Agama Islam, apabila sarana digunakan secara tepat maka bisa membantu mengatasi kelemahan-kelemahan guru intern menggunakan metodologi pengajaran. Zarah psikologis sebagai halnya pengamatan, berfikir, perhatian, minat, emosi serta jalan khuluk mereka.
Pesan-wanti-wanti Pendidikan Agama Islam yang dibantu dengan menggunakan wahana penerimaan, maka dapat menggiatkan tembung dan kegairahan peserta didik, dengan demikian tujuan pengajaran diharapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Media yakni sarana prasarana dalam pengajaran. Alat angkut merupakan perantara untuk menjabarkan isi kurikulum sebaiknya bertambah mudah dipahami oleh peserta tuntun. Oleh karena itu, pemakaian dan penggunaan alat angkut dalam penataran secara tepat terhadap pokok bahasan yang disajikan kepada pesuluh bimbing dalam menanggapi, mengerti isi sajian guru n domestik pengajaran. Dengan ucapan lain, ketepatan seleksi media yang digunakan guru akan membantu kederasan dalam pencapaian tujuan indoktrinasi (pendidikan).
Ada beberapa alasan kok media pengajaran bisa mempertinggi penerimaan siswa. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media indoktrinasi dalam pembelajaran pelajar antara lain :
-
Pembelajaran akan kian menggandeng pesuluh sehingga dapat memaksimalkan motivasi berlatih.
-
Bahan cak bimbingan akan makin jelas maknanya sehingga bisa makin dipahami oleh pelajar dan memungkinkan petatar menyelesaikan pamrih indoktrinasi lebih baik.
-
Metode mengajar akan lebih bervariasi, bukan amung-netra komunikasi verbal melalui penuturan pengenalan-pembukaan oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan temperatur lain kekeringan tenaga apabila guru mengajar kerjakan setiap jam kursus.
-
Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab lain hanya mendengar uraian master, namun kembali aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, memeragakan dan lain-lain.
Seorang guru perlu mengetahui karakteristik berbunga kendaraan nan akan digunakan. Wahana nan digunakan harus disesuaikan dengan pelajaran yang akan disajikan, dengan demikian pembelajaran boleh menjadi lebih efektif dan efisien dalam mencapai harapan pendidikan.
Penggunaan media dalam pendedahan lain dilihat dari segi kemewahan atau kecanggihan melainkan nan diperhatikan adalah fungsi dan kebaikan, guna kehilangan serta peranannya privat meningkatkan pengajaran. Internal keadaan ini ditegaskan bahwa “setiap media yang mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi kemampuannya, kaidah pembuatannya, maupun cara penggunaannya”. Makara dalam hal ini koteng guru dituntut cak bagi memiliki kemampuan dalam melembarkan dan memperalat media yang tepat internal pengajaran.
Karakteristik media yang dikemukakan maka dari itu Kemp yang dikutip maka dari itu Arief S. Sadiman yakni dasar pemilihan sesuai dengan hal belajar tertentu.
Di bawah ini ada beberapa karakteristik media penerimaan, di antaranya:
1. Radio
Salah satu sarana belajar yang sepan efektif bila digunakan dalam proses sparing mengajar. Menurut Putih Daradjat, “penggunaan radio sebagai media pembelajaran memiliki manfaat yang cukup segara, diantaranya: menjajarkan minat, memperlengkap pengalaman membiasakan, memperluas skop pandang, mengembangkan apresiasi dan kreativitas seni, turut membentuk fiil.”
2. Gambar maupun foto
Media pengajaran atau bimbingan yang mahajana dipakai di samping dapat digunakan dengan mudah juga bukan terikut dengan hari. Bentuk pada lazimnya baik digunakan intern memperjelas denotasi kepada murid didik sehingga pengalaman dan pengertian peserta tuntun menjadi kian luas dan jelas, terutama hal-kejadian nan belum pernah dilihatnya nan berbimbing dengan pelajaran/didikan.
3. Surat tempelan
Kerangka ki akbar yang memberikan impitan pada suatu alias dua ide pokok. Pesiaran wanti-wanti dan kesan, saran dan sebagainya, sehingga dapat dimengerti, mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Umumnya plakat ini dibuat di atas kertas, karet, seng alias alat terlambat lain yang menyajikan satu alias dua ide buat mencapai suatu intensi kiat, bercelup, slogannya ringkas dan jitu, tulisannya jelas serta motif desainnya berbagai macam.
4. Kusen tulis
Media indoktrinasi yang umumnya digunakan di berbagai lembaga pendidikan, diletakkan di depan kelas sehingga mudah dilihat makanya semua siswa.di samping itu, bisa dibuat dengan mudah dan harganya yang bukan berlebih mahal dengan alat tulis berupa kapur sehingga bisa terjangkau makanya semua sekolah.
5. Ki alat transfaran
Media yang menggunakan proyeksi Overhead Proyektor (OHP). Program tutorial ditulis di atas transparansi kemudian diletakkan di atas OHP dan akhirnya diproyeksikan ke layar kerumahtanggaan jarak sepan jauh.
Kelebihan media transparan merupakan:
-
Tidak perlu menggunakan ruang nan memadai terkatup
-
Suhu dapat berhadapan dengan pesuluh tatkala memperalat media ini
-
Sambil menerangkan guru bisa sederum menulis pada kertas transparansi
-
Dapat digunakan buat kelompok kecil, menengah maupun kelompok besar.
-
Dapat mengetem setiap momen mana tahu karena kelancaran dalam penyajiannya sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan
-
Memungkinkan siswa untuk mencatat
-
Bisa digunakan berulang-ulang
-
Guru tidak perlu menggunakan teknikus kerjakan menjalankan proyektor, karena guru sendiri bisa mengoperasikannya sendiri
-
Dapat digunakan dan dibagikan kepada siswa dengan cara difotocopy
-
Lain perlu dengan kecurangan ruang
-
Dapat disajikan dengan ilustrasi berbagai corak
-
Dapat menstimulasi efek-efek dan warna pada saat diproyeksikan dengan menambah alat polaritas tertentu.
Kekurangan media transparan adalah:
-
Memerlukan instrumen keras (hard ware OHP dan plastik transparan) nan individual bagi memproyeksikan pesan yang dikehendaki.
-
Memerlukan persiapan yang menguning dan terencana terutama bila memperalat teknik-teknik penyajian yang kegandrungan.
-
Dalam penggunaannya diperlukan keterampilan nan eksklusif
-
Membutuhkan anggaran biaya yang tidak invalid
-
Temperatur main-main ganda dalam menyiapkan materi yang akan disampaikan.
-
Memaui cara kerja yang sistematis dan tertuju
-
Membutuhkan keterampilan buat menggambar pesan nan (rapi) plong transparan sehingga mudah dicerna oleh audien (murid didik)
6. Sinema Slide
Satu gambar yang diproyeksikan melangkahi alat proyektor sehingga dapat dilihat dengan mudah. Hanya hanya takdirnya bioskop slide dipertunjukkan sekadar satu gambar dengan teknik satu persatu sahaja demikian sejumlah slide bisa disusun dalam jalinan nan terkonsolidasi sedang gambar hidup stripe tersusun kerumahtanggaan seri gambar-gambar sequencenya dan keteraturannya telah ditentukan beruntun.
Menurut Oemar Hamalik angka riil slide dan gambar hidup stripe diantaranya:
-
Penyajian berupa satu unit ataupun suatu wahdah nan bulat
-
Menimbulkan dan mempertinggi minat siswa
-
Setiap anggota (siswa) privat kelas meluluk gambar yang setinggi intern waktu yang setinggi.
-
Merangsang diskusi kelas
-
Baik slide maupun komidi gambar stripe dipertunjukkan dalam rubrik setengah gelap dan ini berlainan dengan rencana hidup
-
Nilai-nilai yang ada sreg gambar bisa kembali dimiliki makanya film slide dan stripe bahkan keuntungannya ialah gambar itu diproyeksikan bintang sartan bertambah efisien.
-
Film stripe dapat digunakan di semua bidang pelajaran dan setiap tingkat manusia
Makara, senyatanya suka-suka sejumlah ki alat nan bisa digunakan maka dari itu guru dalam proses pembelajaran, khususnya guru agama Selam kiranya siswa termotivasi dan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
B. Peranan Alat angkut Penataran Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Selam
Proses membiasakan mengajar Pendidikan Agama Islam pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yakni proses pengutaraan pesan pendidikan agama berpokok sumber pesan atau guru melangkahi saluran atau kendaraan tertentu kepada penerima wanti-wanti (siswa). Adapun wanti-wanti yang akan dikomunikasikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Selam adalah tajali-ajaran agama yang termuat dalam kurikulum pendidikan Agama Islam. [4]
Selama ini profil master Pendidikan Agama Islam dianggap masih kurang privat meningkatkan kualitas penataran Pendidikan Agama Islam. Hal ini pun didukung oleh hasil penelitian Farchan (1993) yang menyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran Pendidikan Agama Selam di sekolah masih mengunakan prinsip-cara pembelajaran tradisional, yaitu lektur dan statis kontekstual.[5]
Berdasarkan uraian diatas, pemilihan kendaraan pendedahan agar kembali diperhatikan, sehingga media yang digunakan sesuai dengan tujuan pengajian pengkajian Pendidikan Agama Selam.
Menurut Muhaimin, seleksi media pembelajaran Pendidikan Agama Islam memerlukan pertimbangan sebagai berikut:
a. Tingkat Akurasi Representasi Ki alat
Misalnya digunakan bikin menjelaskan manasik haji akan dapat mengintegrasikan semua tahapan-pangkat seorang muslim yang melaksanakan ibadah Haji, sehingga pengalaman peserta tidak terpisah-pisah.
b. Tingkat Interaksi Yang Mewah Ditimbulkan Wahana
N domestik hal ini guru dapat mengkombinasikan kendaraan yang tersedia cak bagi keperluan suatu penataran nan optimal.
c. Tingkat Kemampuan Khusus Nan Dimiliki Wahana
Kemampuan spesifik yang dimaksud merupakan kemampuannya intern menyuguhkan suatu nan tidak dapat disajikan ki alat lain.
d. Tingkat Senawat Yang Ditimbulkan Oleh Alat angkut
Ki alat bisa memberikan yuridiksi motivasional yang berbeda. Perbedaan ini tersapu dengan karakteristik pesuluh.
e. Tingkat biaya yang diperlukan.
Dari penjelasan di atas, dapat carik simpulkan bahwa privat penggunaan media pembelajaran diperlukan barometer pemilihan agar proses berlatih mengajar dapat melanglang dengan efektif dan efisien.
1. Pengertian Motivasi Belajar.
Internal Islam kata motivasi kian dikenal dengan istilah niat adalah dorongan yang bertaruk relung hati manusia yang menggerakkan buat berbuat suatu aktivitas tertentu intern niat cak semau ketergantungan antara niat dengan ragam, dalam kemujaraban jika kehendak baik maka imbasnya pula baik dan sebaliknya.
Menurut W. S. Winkel motivasi belajar dapat diartikan bagaikan keseluruhan daya penggerak psikis di n domestik diri siswa nan menimbulkan kegiatan membiasakan, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah sreg kegiatan berlatih demi mencecah satu tujuan.[6]
Pecut juga dapat berfungsi seumpama pendorong pencapaian manifestasi seseorang. Adanya motivasi nan baik akan menunjukkkan hasil yang baik. Dengan kata tak bahwa intensitas motivasi seorang siswa akan suntuk menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
Crow dan Crow memperjelas pentingnya motivasi intern belajar sebagai berikut: “Belajar harus diberi tembung dengan berbagai cara sehingga minat yang dipentingkan n domestik sparing itu di bangun dari minat nan telah suka-suka pada diri anak.”[7]
Menurut A. Tabrani, pada garis besarnya senawat mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
-
Cambuk menentukan tingkat keberuntungan alias frustasi perbuatan berlatih pesuluh. Berlatih tanpa adanya motivasi susah buat berhasil.
-
Pengajaran yang bermotivasi plong hakekatnya merupakan indoktrinasi yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif dan minat nan terserah pada siswa. Pengajaran yang demikian sesuai dengan permohonan demokrasi dalam pendidikan.
-
Pengajaran yang bermotivasi menurut kreatifitas dan imajinitas plong guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara nan relevan dan serasi guna membangkitkan dan menernakkan ki dorongan belajar pada petatar. Master senantiasa berusaha agar siswa plong kesudahannya mempunyai motivasi yang baik.
-
Berhasil maupun tidaknya dalam menumbuhkan dan menggunakan lecut dalam indoktrinasi intim kaitannya dengan pengaturan dalam papan bawah.
-
Asas cemeti menjadi salah satu bagian yang integral berpunca asas- asas mengajar. Pendayagunaan motivasi dalam mengajar tidak saja melengkapi prosedur mengajar, doang juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Dengan demikian, penggunaan asas cemeti tinggal esensial dalam proses belajar mengajar.[8]
Motivasi belajar di sekolah dibedakan menjadi 2 susuk ialah :
-
Motivasi Intrinsik, merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar siswa. Motivasi ini tumbuh berbunga dalam diri anak asuh sendiri maka dari itu karena itu pecut ini camar di ujar motivasi safi maupun tembung yang sebenarnya. Misal: pelajar yang benar-benar belajar karena ingin memperoleh mantra pengetahuan.
-
Motivasi Ekstrinsik, yaitu aktifitas belajar dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan galakan nan tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas berlatih sendiri. Misal: siswa gegares belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan kalau berhasil baik.[9]
Namun demikan, motivasi belajar yang bersifat eksternal ini enggak selamanya tidak baik bagi pelajar, tetapi tetap penting dan dibutuhkan oleh pesuluh karena keadaan siswa yang dinamis dan enggak caruk stabil. Di sini peranan master sangat menentukan untuk memberi motivasi sehingga timbul galakan belajarnya atau lebih lagi meningkat dengan adanya usaha guru tersebut.
2. Peranan Suhu Agama Islam sebagai Motivator
Peranan master umpama motivator ini adv amat terdahulu artinya kerumahtanggaan tulangtulangan meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar murid. Temperatur harus boleh merangsang dan menerimakan dorongan reinforcement kerjakan mendinamisasikan potensi pelajar, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan resep cipta (kreatifitas), sehingga akan terjadinya dinamika privat proses membiasakan mengajar.[10]
Berkaitan dengan pentingnya guru ibarat motivator Drs. Slameto Menjelaskan:
“Guru sekadar merupakan riuk suatu diantara berbagai sumber dan media belajar. Maka dengan demikian peranan hawa dalam berlatih ini menjadi lebih luas dan lebih menghadap kepada peningkatan motivasi belajar anak. Melangkahi perannya laksana pengajar, suhu diharapkan mampu mendorong anak bakal senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui plural sumber dan sarana”.[11]
Dengan demikian, maka jelaslah bahwa suhu agama Islam perlu meningkatkan perannya sebagai motivator, yakni sebagai pendorong agar petatar mengerjakan kegiatan berlatih agama Islam, dengan menciptakan kondisi inferior nan boleh panas pesuluh untuk mengamalkan kegiatan belajar agama, baik secara solo maupun secara kelompok.
Untuk dapat berperan sebagai motivator, guru agama Islam harus memiliki kemampuan tertentu, baik sebagai master ataupun andai motivator, syarat nan harus dimiliki oleh suhu agama Islam di antaranya adalah:
-
Syarat formil : mempunyai ijazah PGA, sehat tubuh dan rohani, tidak memiliki cacat yang menyolok, memiliki pengetahuan agama nan mendalam, bertaqwa dan berakhlak luhur, penduduk negara yang baik dan di angkat oleh pembesar nan berwajib.
-
Syarat materiil : mempunyai pengetahuan agama Islam secara luas, mengatasi didaktik dan metodik, mempunyai guna-guna methodologi pengajaran, memiliki pengetahuan adendum terutama yang ada hubungannya dengan profesinya.
-
Syarat non formil : mengamalkan ajaran agama, berkepribadian yang mukminat, memiliki sikap demokratis, tenggang rasa, bersikap kasatmata terhadap ilmu, kepatuhan. Berinisiatif dan kreatif, kritis, bebas, menghargai dan periode serta bakir.[12]
Selain itu guru pula harus mempunyai kompetensi bak berikut:
-
Kompetensi n domestik fiil, suhu hendaknya n kepunyaan kepribadian keguruan dan mengembangkan terus sehingga dapat terampil kerumahtanggaan mengenal dan memahami potensi dan harkat tiap insan intern membina situasi interaksi sosial guru, murid dan dalam membina perasaan ubah hormat meluhurkan dan bertanggung jawab.
-
Kompetensi atas penguasaan bahan pencekokan pendoktrinan, merupakan pencaplokan yang berorientasi kepada spesialisasi atas aji-aji/ kecakapan yang akan diajarkan serta pencaplokan atas bahan pendalaman aplikasi bidang pengkhususan.
-
Kompetensi dalam cara mengajar, khususnya dalam merencanakan dan menyusun satuan pelajaran, menggunakan dan mengembangkan ki alat pendidikan dan kemampuan dalam menggunakan metode sehingga menjadi efektif.
Nana Sudjana menegaskan beberapa syarat nan harus dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya andai sendiri motivator sparing yaitu:
-
Menjalin hubungan baik dan harmonis dengan siswa agar kepatuhan dan kepercayaan pada guru tertanam pada pelajar.
-
Kaya akan bineka bentuk dan jenis upaya bakal melakukan motivasi lega murid baik nan bersifat intrinsik maupun yang bersifat ekstrinsik.
-
Mempunyai perhatian humor yang positif dan dogmatis sehingga patuh disegani dan disenangi siswa.
-
Menampilkan basyar karakter guru yang menjadi panutan peserta, baik intern prilaku di inferior maupun di asing inferior.[13]
3. Premis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas bisa dirumuskan Hipotesis Penelitian Tindakan Papan bawah (PTK) laksana berikut: apabila guru agama Islam boleh menggunakan media pengajian pengkajian dengan baik dan tepat, maka hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa SMKN 3 Muara Bungo dalam pengajian pengkajian agama Islam.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Setting Riset
Studi tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas x MM B SMK Negeri 3 Muara Bungo dengan jumlah petatar 25 basyar yang terdiri dari 12 petatar putri dan 13 murid putra, dan mayoritas dari mereka bertempat tinggal di sekeliling Sekolah SMK N 3 Muara Bungo dengan latar belakang keluarga berekonomi menengah ke sumber akar.
Lega umumnya mata pencaharian ibu bapak mereka adalah pekebun kebun tiras dan penambang pasir, sehingga biasanya penghasilan orang tua mereka perbulan adalah Rp. 500.000 (Panca ratus ribu rupiah).
Jika di lihat semenjak ekonomi orang tua mereka, memang sangat kesuntukan, bahkan dengan kebutuhan yang begitu banyak. Sedemikian itu pula dengan minat belajar pesuluh, apabila dibandingkan dengan anak-anak di kota, minat belajar siswa SMK Kawasan 3 suntuk jauh berbeda, hal ini terbukti dengan persentase kesanggupan pesuluh setiap harinya sebanyak 90%.
Privat kegiatan berlatih mengajar, siswa siswi papan bawah x MM B smk Daerah 3 Ambang bungo tertentang kurang aktif, sehingga suasana membiasakan mengajar tidak komunikatif, mayoritas murid tidak memiliki motivasi dalam belajar sehingga mereka terkesan cuek, lebih-lebih ada berbunga mereka yang bolos ketika pembelajaran semenjana berlangsung.
Pengkhususan tindakan inferior ini merupakan suatu tulang beragangan kajian yang bersifat relatif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan bagi meningkatkan kemampuan mantiki dan tindakan-tindakan yang dilakukannya serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini mengikuti pola faktual proses penyajian berdaur Cylical yang terdiri atas 4 (empat) tahap merupakan:
1. Merencanakan
Pemeriksa sebagai subjek penajaman, terkebat langsung alias melibatkan diri secara mumbung intern mengamalkan Planning (perencanaan), Actuating (pelaksanaan tindakan), observing (observasi), dan Reflecting (refleksi). Dalam pelaksanaannya, pola kerja berupa riset dilaksanakan dalam tiga siklus.
2. Mengumpulkan data
Pengumpulan data dilakukan oleh suhu bak peneliti secara terus menerus melalui pembelajaran dalam tiga (3) siklus tindakan. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen yang aktual lungsin observasi, perlengkapan evaluasi/pengecekan. Data diambil berusul master mitra kerumahtanggaan mengajar siswa di kelas.
3. Perebusan Data
Proses penggarapan data dilakukan tiba berpunca awal sampai dengan akhir penelitian setiap siklus. Proses kerjanya dilakukan intern tiga (3) tahapan, yaitu:
1. Pengumpulan data melalui lembaran observasi, sehabis itu;
-
Menginvestigasi pula data-data yang telah terkumpul.
-
Mengolah dan menganalisis data yang sudah terkonsentrasi.
-
Mendiskusikan dengan temperatur mitra/suhu senior (inti/pembimbing) dan melakukan refleksi.
2. Interprestasi, data nan telah terkonsentrasi n domestik investigasi ini atau ditafsirkan berdasarkan teori pemungutan keputusan dan direvisi untuk siklus berikutnya.
3. Tindakan berusul refleksi dan revisi hasil interprestasi data digunakan bak landasan intern merumuskan laporan penelitian alias dalam merumuskan rencana tindakan berikutnya lakukan diimplementasikan internal kegiatan sparing mengajar selanjutnya.
3. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 (tiga) siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam setiap satu kali bertatap. Secara rinci, rencana tindakan yang akan dilaksanakan n domestik ketiga siklus adalah sebagai berikut:
-
Menyorongkan informasi judul materi dan intensi yang harus dicapai.
-
Mengadakan apersepsi.
4. Observasi dan evaluasi
Sreg tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan yang sudah lalu disediakan serta melakukan evaluasi dan menganalisa temuan-temuan yang terdapat internal lembar pengamatan.
5. Refleksi
Hasil nan diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisa. Hasil analisa tersebut kemudian dirumuskan untuk menjadi pedoman privat mengoreksi rang tindakan yang telah ditetapkan.
6. Revisi
Pada tahap ini dilakukan penyempurnaan terhadap rancangan tindakan yang sudah ditetapkan dengan berpedoman pada hasil refeksi siklus sebelumnya.
7. Barometer keberhasilan
Yang menjadi tolok keberhasilan dalam penelitian ini adalah bila terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran. Peningkatan kualitas proses pembelajaran dinyatakan secara persentase lalu ditafsirkan dengan kalimat bersifat kualitatif, berdasarkan puas teori pengambilan keputusan.
Terjadinya peningkatan kualitas proses berlatih ditandai dengan:
-
Motivasi dan minat belajar siswa semakin meningkat.
-
Kuantitas siswa yang bolos semakin menciut
-
Terjadi rangkaian timbal serong antara temperatur dan pesuluh
-
Sebagian besar siswa sudah dapat mengimak tuntunan dengan baik.
-
Beberapa siswa mengajukan pertanyaan kepada guru apa nan tidak dipahaminya.
-
Kelas menjadi aktif sekali lagi
Gapura IV
HASIL Studi DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penggalian
Penelitian tindakan inferior ini dilakukan intern 3 (tiga) siklus. Setiap siklus dilaksanakan pada satu kali tatap muka (2 X 45 Menit). Dalam penerapan tindakan, peneliti didampingi oleh suatu basyar observer. Observer berfungsi untuk membantu peneliti privat mengamati dan mencatat barang apa keadaan nan terjadi sejauh kegiatan belajar mengajar berlanjut. Sehabis penerapan tindakan, hasil pengamatan sinkron didiskusikan. Data temuan dan hasil diskusi dikerjakan dan dianalisis. Hasil analisis digunakan kerjakan merevisi rencana tindakan yang sudah lalu ditetapkan. Bagan tindakan yang mutakadim direvisi inilah nan diterapkan lega siklus berikutnya.
1. Siklus 1 (Permulaan)
Sesuai dengan kerangka, tindakan yang diterapkan plong siklus I yakni sebagai berikut:
-
Menyampaikan embaran judul materi dan intensi yang harus dicapai.
-
Mengadakan apersepsi.
-
Mempersiapkan media pembelajaran berupa slide nan akan ditayangkan di papan tulis dengan menggunakan LCD Proyektor.
-
Memulai pendedahan dengan mengilustrasikan sebuah film keagamaan nan berkaitan dengan materi yang diajarkan.
-
Selepas bioskop berparak guru mempersunting siswa untuk memberikan tanggapan akan halnya film tersebut dan menghubungkannya dengan materi latihan.
-
Menghirup penali materi pembelajaran yang baru dibahas.
-
Mengajukan soal-cak bertanya nan berkaitan dengan materi pelajaran.
-
Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan penerimaan menggunakan kendaraan pengajian pengkajian.
-
Menutup pelajaran.
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 12 mei 2022 mulai pukul 07.30 setakat 08.40 WIB. Pada siklus ini, siswa yang bertanya dan memberikan tanggapan sebanyak 23,07%.
Dengan kuantitas siswa 25 orang ini signifikan cak semau 5 orang petatar yang menanya dan memasrahkan tanggapan. Ini berarti adanya peningkatan berpangkal kondisi sebelum diadakannya penelitian tindakan kelas ini yang hanya terdapat 1-2 insan semata-mata yang aktif di kelas bawah.
Alasan siswa dalam mengajukan tanya dan memberi tanggapan terhadap materi pelajaran karena kerinduan sendiri 33,33%, imbauan suhu 33,33% dan atas suruhan suhu 33,33%. Secara mahajana, siswa yang masih pasif 66,66 %.
Dari hasil observasi di atas bisa diketahui bahwa motivasi siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam masih abnormal, hal ini dapat terlihat berbunga pemahaman siswa nan masih di bawah target dan kembali masih terdapat siswa yang bermasalah sebanyak 23,33 % meskipun sudah lalu berkurang pecah yang biasanya.
Masih rendahnya cemeti pesuluh dalam pembelajaran agama Islam disebabkan oleh:
-
Pelajar terbiasa dengan sistem pembelajaran lama, nan semata-mata mendengar penjelasan suhu dan mengerjakan latihan di LKS.
-
Alat angkut pembelajaran yang digunakan tidak sejadi dengan materi penataran.
Ketika penulis observasi pada siklus II terjadi peningkatan dalam sikap dan minat peserta serta kesadaran materi. Sehabis melaksanakan siklus II, Peneliti mengadakan diskusi dengan hawa mitra (observer) dan seorang master senior, yang membahas mengenai evaluasi kegiatan pada siklus II. Hasil diskusi tersebut yaitu:
-
Perlunya mengadakan pendekatan secara tunggal kepada siswa-pesuluh yang masih pasif di kelas.
-
Perlunya memberikan kesempatan khusus kepada petatar yang masih pasif tersebut buat bertanya.
-
Mengadakan evaluasi terhadap materi latihan nan diajarkan untuk mencerna tingkat kesadaran siswa secara nyata.
-
Mengasihkan gambaran-cerminan yang berisi adapun materi pelajaran.
Dari hasil observasi pada siklus III, terjadi peningkatan nan signifikan. Hal ini dapat tampak mulai sejak persentase murid yang aktif di papan bawah mencapai 70,07%, sikap dan minat petatar terhadap les pendidikan agama Islam sebanyak 69,33%, lecut sparing peserta sebanyak 80,33, pemahaman siswa terhadap materi sebanyak 75,33 % dan siswa nan bermasalah di kelas menurun menjadi 5,33 %.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di SMK Negeri 3 Muara Bungo di kelas X MM B pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam, media pembelajaran yang digunakan ternyata boleh meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa dan pendedahan di kelas bawah menjadi jiwa. Petatar-pelajar nan terbiasa bolos pun sudah lalu dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
Bab V
Penutup
A. Konklusi
Bersendikan hasil penelitian bisa disimpulkan bahwa:
-
Penggunaan dan pemanfaatan media pembelajaran pendidikan agama Islam dapat meningkatkan motivasi dan minat membiasakan siswa kelas X MM B SMK Negeri 3 Muara bungo.
-
Penggunaaan sarana penerimaan sangat efektif privat meningkatkan tembung dan minat belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMK Provinsi 3 Muara bungo
B. Saran
Untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan wahana pembelajaran internal meningkatkan cemeti dan minat belajar siswa dalam les pendidikan agama Islam, kiranya wajib diadakan:
-
Studi makin lanjur dengan setting penelitian nan beragam, yaitu siswa kelas bawah X, XI dan XII SMK Negeri 3 Muara Bungo.
-
Pengkajian lebih lanjur dengan peneliti kian semenjak 1 (satu) bani adam.
-
Penelitian lebih lanjut dengan jarak perian yang cukup lama, misalnya pertama dengan yang kedua berjarak 3 atau 5 hari.
Daftar Referensi
-
[1] S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar (Bandung: Jemmars, 1986) hal. 79-80.
-
[2] Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung : Citra Aditya, 1989), peristiwa. 12.
-
[3] Azhar Rasyad, Media Pengajaran (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 1997), peristiwa. 26-27.
-
[4] Abdul Majid dan Dean Andayani, Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi, (Bandung: Rosda karya, 2004), hlm, 134
-
[5] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Selam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006) h. 92
-
[6] W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Gramedia, 1996) hal. 92
-
[7] A. Tabrani R., Pendekatan internal Proses Membiasakan Mengajar (Bandung: Rosdakarya,1994) hal.121
-
[8] Ibid, hal 127
-
[9] W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Gramedia, 1996) keadaan. 150
-
[10] Sardiman. AM., Interaksi dan Motivasi Berlatih Mengajar (Jakarta, Raja Grafindo, Persada, 1996) situasi.142
-
[11] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta, Bina Aksara, 1988) hal. 100
-
[12] Moh. Zein, Metodologi Pengajaran Agama ( Yogyakarta: AK. Group, 1995) kejadian. 57
-
[13] Nana Sudjana, CBSA (Bandung: Sinar Baru, 1989) hal. 34-35
-
[14] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), situasi. 210
Source: https://www.rikaariyani.com/2015/01/media-pembelajaran_30.html