Cara Menghilangkan Tulisan Di Plastik
Jakarta
–
Maraknya penggunaan media sosial membuat banyak orangtua kerap mengabadikan momen momongan, bahkan khusus membuatkan akun medsos mereka sejak bayi. Alasannya bermacam ragam, termasuk menjadi memori tumbuh kembang anak sekiranya nantinya menginjak spirit dewasa.
Psikolog klinis berbunga Ohana Space, Monica Sulistiawati, MPsi menyapa lain ada masalah dengan tren begitu. Kamu memastikan sah-sah hanya orangtua mengunggah atau mewujudkan konten anak sejauh mengetahui tenggat wajar.
“Nah pertanyaannya ialah sejauh mana orangtua mengunggah konten tersebut, kita harus mempertimbangkan apabila konten anak asuh yang kita upload ataupun apakah konten tersebut nantinya berpotensi menimbulkan dampak destruktif atau tidak,” terang dia dalam sesi bincang program e-Life detikcom Jumat (7/9/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Monica mewanti-wanti kebiasaan membagikan informasi pribadi atau detail terkait anak. Hal ini tanpa siuman berisiko pada pencopetan data. Salah satunya, ia tidak menyarankan membagikan jenama abstrak anak.
“Karena baik lagi sekiranya sudah masuk digital, sekali upload walaupun kita takedown itu kukuh tersimpan di n domestik teknologi digital itu, lewat disarankan bukan mengabarkan butir-butir pribadi secara detail, contohnya anak lahir di mana, jam berapa, kemudian label orangtua secara teoretis kemudian nama ayah ibu secara lengkap,” wanti-wanti dia.
“Sampai-sampai seandainya anaknya sudah mulai sekolah. Banyak banget anak alamat rumah lokasi tempat cak bimbingan
mudah-mudahan tidak dishare, kita bayangkan ya data anak-anak itu tersimpan intern dunia digital untuk paser panjang yang kita tidak pernah adv pernah, misalkan mungkin kita upload waktu ini tapi 30 tahun lagi kemudian masih ada, padahal data itu dapat kaprikornus digunakan anak cak bagi membuat akun pribadi, password, berbunga jam lahir, sungkap lahir,” katanya.
Ia menekankan orangtua agar lebih fokus dalam membagikan cara pola ajar dan komunikasi di keseharian mereka bersama anak. Hal tersebut dinamakan sharenting dan diyakini bermanfaat bikin banyak ibu khususnya di usia muda.
Sebelum mewujudkan akun media sosial anak, Monica mengingatkan seharusnya sungguh-sungguh mengetahui tujuan dan tujuan dari pembuatan akun tersebut semoga tidak memicu risiko di lusa.
“Sharenting kan berbagi parenting, yang kita mau sharing adalah kaidah teoretis asuh kita ke anak asuh, jadi bukan spesial di tempat sang anaknya, tapi bagaimana kita berinteraksi berkomunikasi dengan momongan itu aja,” pungkas sira.
(ayd/mjt)
Source: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6340771/share-konten-anak-di-medsos-sampai-mana-batas-wajarnya